* * *
Sama seperti malam kemarin, malam tadi pun Hani kesulitan memejamkan mata. Sepertinya ia memang tak mudah tidur jika bukan di rumahnya sendiri.
Beruntung, meski tidur lewat tengah malam, ia tak bangun kesiangan.
Pagi pertama tinggal seatap dengan suami dan istri suaminya. Entah kenapa statusnya terdengar aneh. Hani menggeleng, merasa janggal dengan perasaannya sendiri.
Hani lantas beranjak keluar dari kamar . Ia yang berjalan menuju dapur tak menyadari Danu yang tengah menuruni tangga memperhatikannya.
'' Pagi, Bi. '' Sapa Hani pada Bi Geno yang tengah berkutat didepan kompor.
Bi Geno yang sedang mengaduk isi dari panci masakannya , menoleh dan membalas hanya dengan '' Pagi '' saja. Tak ada panggilan sapa. Kening Hani mengkerut.
Hani tau jika Bi Geno tak menyukainya dan ia bisa menebak apa sebabnya. Bi Geno adalah teman Lastri. Dan sepertinya hubungan mereka cukup dekat .
Pun Hani juga tau . Setiap kali ada kebutuhan rumah yang mendesak, Lastri selalu mengatakan ia akan meminjam uang pada temannya yang bernama Bi Geno. Hani menduga, jika yang dilakukan Lastri ketika bertemu Bi Geno bukan hanya untuk meminjam uang saja. Lastri tak menyukainya dan mungkin saja pernah membicarakan sesuatu atau bahkan curhat tentangnya pada Bi Geno. Jadi masuk akal jika Bi Geno bersikap dingin terhadapnya.
'' Maaf, Bi. Kalau sudah selesai make kompornya saya pinjam , ya. Saya mau buat sarapan. ''
Bi Geno mematikan kompor dan berbalik. Karena memang masakan yang akan ia sajikan pada sangat majikan telah matang.
'' Maaf. Tapi saya sudah membuat sarapan. Jadi tolong hargai dan makanlah apa yang nanti saya sajikan di meja makan. '' Ucap Bi Geno yang tanpa menunggu tanggapan dari Hani, langsung berbalik dan pergi menuju pintu belakang.
'' ... ''
Hani memilih acuh. Meski sebenarnya ia agak merasa tersinggung karena sikap Bi Geno yang terkesan kasar.
Ia mungkin bukan siapa-siapa yang harus dihormati seperti Mila dan Danu .Tapi setidaknya Bi Geno bisa sedikit menganggap keberadaannya . Karena bagaimanapun ia sekarang adalah istri Danu dan akan tinggal di rumah ini meski ia tak tau sampai kapan .
Jadi, bukankah secara tak langsung, ia pun majikan sama seperti Mila dan Danu ?
" Sadar Hani, sadar... Kau bukan siapa-siapa disini . " Hani menggeleng sambil melangkah pergi meninggalkan dapur . Hani yang bermaksud kembali ke kamar, berpapasan dengan Danu.
Hani dan Danu saling pandang. Tapi tak satupun dari mereka bereaksi. Hingga akhirnya, Hani yang merasa tak nyaman , melanjutkan langkah dan berjalan melewati Danu dengan kepala sedikit tertunduk.
* * *
Mila, Danu dan Hani kini duduk mengitari meja makan. Dihadapan mereka telah tersaji semangkuk bubur hangat dengan toping abon sapi yang ditaburi potong daun bawang dan juga bawang goreng, lengkap pula dengan kerupuknya.
Danu dan Mila makan dengan lahap.
Berbeda dengan Hani yang makan dengan perlahan sebab merasa tak nyaman dengan suasana diruang makan yang sunyi tanpa suara. Hanya sesekali terdengar benturan sendok pada dinding mangkuk yang menepis keheningan di ruang makan ini.
Danu lebih dulu menyelesaikan makanannya. Ia beranjak dan disusul Mila yang kemudian mengantarkannya sampai di depan pintu masuk rumah.
'' Aku berangkat, dulu. '' Pamit Danu usai mengecup kening Mila .
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomanceSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...