* * *
Keesokan paginya.
Kenanga Cafe and Restaurant .
Meski baru berjalan setahun, tempat santai yang tak hanya menyediakan makanan dan minuman ringan , tapi juga menawarkan berbagai sajian olahan berat lokal maupun mancanegara ini , ternyata telah cukup banyak di gemari.
Terutama dilingkungan sekitarnya .
Maka tak heran, jika setiap harinya tempat yang hampir keseluruhan bernuansa volly muda ini selalu ramai pengunjung.
Kebanyakan yang datang adalah penghuni apartemen setempat dan juga para mahasiswa . Yang mana rata-rata dari mereka merupakan kalangan menengah ke atas.
Seperti biasa. Pagi ini, restoran telah dipadati pengunjung.
Hampir semua tempat duduk telah ada yang mendudukinya.
Ada yang hanya ditemani secangkir minuman hangat dan ada pula yang memesan minuman lengkap dengan pendampingnya.
Dan ada juga yang memesan makanan berat.
Mereka yang memenuhi tempat ini terlihat begitu menikmati dengan apa yang tersaji di atas meja masing-masing.
Karena memang, ada begitu banyak menu tersedia dan itulah yang membuat tempat ini tak pernah sepi.
Restoran ini seolah tak pernah kehilangan ide untuk menyediakan menu dengan bergaram variasi.
Diantara pengunjung ada, nampak seseorang yang belum pernah terlihat datang sebelumnya.
Dia adalah Mila.
Mila yang datang sendirian mendapatkan tempat duduk tunggal yang posisinya tepat menghadap dinding.
Wanita yang usianya tak lama lagi akan genap berusia kepala empat ini, terlihat berbeda.
Rambutnya yang dulu panjang dan senantiasa tergerai , di pangkas hingga batas daun telinga.
Pun dengan cara berpakaiannya.
Ia yang dulu selalu berpenampilan feminim dan anggun dengan terusan menawan, saat ini hanya berbalut kaos putih polos di padu jenas hitam.
Sepertinya untuk menyamarkan bentuk tubuhnya .
Mungkin karena apa yang telah terjadi pada hidupnya selama beberapa tahun belakang ini , wajah Mila terlihat tirus dan sepertinya juga cukup banyak kehilangan berat badan. Mila nampak kurus dan benar-benar terlihat seperti orang lain.
Jika ada orang yang pernah ataupun mengenalnya dan melihatnya saat ini, pasti tak menyangka jika itu adalah Mila.
Atau mungkin tak akan mengenalinya sama sekali.
Lima menit lagi pukul sembilan. Itu berarti sudah satu jam Mila berada di tempat ini .
Sejak datang, Mila tak sekalipun beranjak. Bahkan memperhatikan sekelilingnya pun tidak. Hanya sesekali ia terlihat menyeruput cappucino yang sudah dingin.
Sementara roti panggang yang ia pilih menjadi pendamping minumannya , sama sekali belum ia sentuh.
'' Permisi, Mbak . '' Seorang pelayan wanita menghampirinya.
'' Ya. '' Mila agak terkejut. Ia perhatian sesaat pelayan yang menyapanya. Berpikir mungkin kenalannya. Tapi ternyata bukan. Mila tersenyum pada sosok yang belum pernah ia lihat sama sekali.
'' Am.. Maaf.. Apa minuman dan makanannya tidak enak ? ''
'' Oh, ini.. " Mila menunduk ,menatap dengan perasaan tak nyaman pada sajian yang ia pesan dan belum ia makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomanceSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...