Takut

391 9 0
                                    

* * *

Lastri yang sedang menyapu teras seketika menghentikan pekerjaannya, saat sebuah mobil melambat dan berhenti dihalaman rumah.

Sosok yang tak di harapkan keluar dari mobil tersebut. Sambil berjalan, Danu yang memasang senyum di wajah tampannya mengucapkan salam dan menyapanya.

Lastri menyahut dengan wajah dingin.

'' Ada perlu apa kamu ke sini ?! '' Tanya Lastri tanpa basa basi saat Danu hampir menginjak lantai teras.

Danu tersentak dan reflek berhenti.

'' Bu.. '' Hardjono muncul dari balik pintu dan melangkah keluar dengan menggunakan bantuan tongkat yang diapit kedua ketiaknya.

Belakangan ini, Hardjono memang giat berlatih menggunakan tongkat agar
dapat menjangkau sesuatu yang tak bisa dilalui dengan kursi roda.

Dengan demikian, maka ia tak harus bergantung pada orang lain .

Hardjono tersenyum . Ia senang melihat Danu datang.

'' Ibu ini. Kenapa nak Danu tidak disuruh masuk. Malah dibiarkan berdiri.
Ayo, Nak Danu masuk. '' Ajak Hardjono sembari tersenyum ramah dan merentangkan tangan kerah pintu masuk rumahnya pada Danu.

'' Tidak ! Dia tidak boleh masuk ! '' Ucap Lastri tegas.

Danu yang baru saja akan mengangkat kakinya , tak jadi melangkah.

'' Bu. '' Hardjono menghampiri sang istri. Keningnya mengkerut, mendapati Lastri menatap Danu dengan sorot tak suka. Lalu pandangannya beralih pada Danu yang bergeming.

Hardjono menarik nafas. Ia tau apa yang membuat sang istri bersikap tak bersahabat pada Danu. Lastri telah menceritakan tentang pembicaraannya saat bertemu dengan Bi Geno seminggu lalu.

'' Tidak apa-apa , Nak Danu. Ayo, masuklah . '' Ucap Hardjono.

Danu masih bergeming. Sebab Lastri masih menatapnya dengan sorot yang mengisyaratkan jika ia tak diijinkan masuk.

'' Ibu juga ayo, masuk. Gak enak kalau ada yang liat kita di luar seperti ini .''

Karena tak kunjung ada yang bergerak, Harjono pun mendesak Lastri agar masuk terlebih dahulu. Baru setelah itu, ia menghampiri Danu dan masuk bersamaan.

Mereka semua kini sudah berada di ruang tamu.

Seolah tak ingin memberi kesempatan pada Danu untuk duduk agar tak tinggal lebih lama, Lastri yang sudah berbalik, kembali menatap Danu dengan sorot sama seperti tadi.

Danu masih bergeming.

Sebenarnya, bukan Danu tak mau mempertanyakan kenapa Lastri bersikap demikian. Danu hanya berusaha menahan diri dengan menjaga sikapnya. Sebab ia tak mau mendapat nilai minus dari orang tua Hani.

'' Dengar, Nak Danu - '' Baru saja Lastri akan berucap, namun harus terputus karena Hardjono memotongnya.

'' Bu ... '' Hardjono memegang pundak Lastri, mencoba menenangkan .

Namun Lastri menepisnya hingga terlepas.

Hardjono terkejut. Tak percaya jika istri yang selama ini selalu menurut , kini tak menggubrisnya.

'' Nak Danu.. Ibu akan langsung saja !
Kita semua sudah tau, jika istrimu tak menginginkan lagi pernikahan poligami kalian dilanjutkan.
Karena itu ia mengembalikan Hani pada kami.
Jadi, bukankah itu berarti sudah tidak ada alasan kamu datang ke sini lagi ! ''

'' Bu.. '' Hardjono semakin mendekat, memegang , menekan lagi bahu Lastri dan memaksa Lastri berbalik menghadapnya.

'' Bu.. '' Ucap Harjono lembut. Ia masih berusaha menenangkan sang istri yang mulai hilang kendali.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang