Bimbang

282 8 0
                                    

* * *

Sore harinya.

Sudah lebih dari tiga puluh menit sejak keluar dari kamar, Danu dan Ica kini sedang asik bermain pasir ditepian pantai.

Sedangkan Hani dan Sri duduk di bawah pohon kelapa yang berjarak beberapa langkah dari Danu dan Ica.

Mereka kompak menatap ke arah yang sama. Sesekali kedua wanita ini terlihat sama-sama tersenyum , melihat apa yang sedang Danu dan Ica lakukan.

'' Hani... ''

'' Ya, bu .'' Hani menoleh dan tersenyum pada Sri yang duduk di samping kanannya.

'' Kau dan Danu.. Kalian sepertinya punya perasaan yang sama. '' Sri menatap Hani seolah tengah menyelaminya.

Sontak hal tersebut membuat senyum Hani perlahan memudar.

'' Jika memang kalian saling menyukai, kenapa tidak kalian lanjutkan saja hubungan kalian? Kenapa harus berpisah ? ''

Hani membawa pandangannya ke bawah. Jemari-jemarinya mulai saling bertautan. Hani berusaha menahan getar sebab pertanyaan Sri yang bukan sulit dijawab. Tapi memang tak ingin ia jawab.

'' Ibu, yakin jika kalian tetap bersama kalian pasti bisa hidup bahagia . '' Sri mendarat tangan dan menggenggam jemari Hani.

Hani menegakkan kepala dan menggeleng pelan.

Sri menggeleng. Ia tau apa yang Hani rasakan dan yang memenuhi pikiran Hani.

'' Kamu bukan pelakor, Han.. '' Sri menatap dalam-dalam, berusaha meyakinkan ucapannya. Berharap, Hani mungkin akan berubah pikiran. Karena jujur saja, ia menyukai Hani dan inginkan Hani tetap menjadi istri Danu. Pun ia sangat yakin, jika Hani menginginkan hal yang sama.

Hani menarik nafas panjang dan tersenyum.

'' Bu.. Apa Ibu tau bagaimana ceritanya hingga saya dan Mas Danu bisa menikah ? ''

Sri mengangguk. Ia tau.
Awalnya ia sempat sanksi terhadap Hani. Tapi setelah bertemu dan mengenalnya, kini ia bisa menilai dan menyimpulkan jika wanita ini adalah sosok yang cukup baik dan sepertinya pun pantas untuk Danu.

Dan yang lebih penting lagi adalah Hani memiliki rasa yang sama terhadap Danu.

Perasaan mereka nyata adanya. Ia yakin itu melalui sorot mata keduanya ketika saling menatap satu sama lain.

'' Saya mau menikah dan bersedia menjadi istri kedua Mas Danu karena Mbak Mila menawarkan imbalan berupa materi pada saya.

Saat itu saya memang sedang dalam kesulitan ekonomi. Dan... '' Hani terdiam sejak. Ia sebenarnya tak mau mengatakannya. Karena baginya, ini adalah hal yang memalukan untuk di beritahukan .

'' Ya, Hani.. Ibu tau dan Ibu mengerti.
Memang.. Hal seperti itu sebenarnya tak bisa dianggap sesuatu yang baik.

Namun terkadang, ketika kita sedang dalam kesulitan.. Hal yang dinilai tak wajar dan yang tak seharusnya kita lakukan pun, bisa dengan terpaksa kita lakukan...

Dan Ibu tau.. Kamu melakukan itu semua bukan untuk dirimu sendiri. Tapi untuk keluarga mu.. ''

Hani terdiam lagi sambil mencoba mengatur nafas yang mulai tak beraturan . Ia terharu, tak menyangka jika ternyata Sri begitu pengertian dan memahami dirinya.

Hani menarik nafas panjang dan menghembusnya dengan perlahan.Ia lakukan itu tak hanya sekali , menahan mata yang mulai terasa pedas agar menumpahkan air mata. Andai orang terdekatnya bisa berpikiran sama seperti Sri, mungkin ia tak akan minta cerai pada Danu.

'' Hani.. ''

'' Ibu.. Kebanyakan orang menilai sesuatu pasti dari luarnya dulu.

Sama seperti yang sedang terjadi pada saya.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang