Inilah saatnya

405 11 0
                                    

Jika suka ceritanya , tinggalkan komen, kritik dan sarannya ya..

Selamat membaca 🤗

* * *

Lima menit lagi pukul 12 malam.

Danu keluar dari mobil setelah hampir tiga puluh menit menunggu di dalam.

Danu tersenyum, melihat sosok yang ia tunggu keluar dan langsung menyadari kedatangannya.

Dari kejauhan, Danu bisa melihat Hani pun tersenyum. Susana hati yang tadinya buruk seketika berubah menjadi lebih ringan .

Apakah memang sehebat ini kekuatan cinta dapat mempengaruhi seseorang ?

Sungguh mengagumkan . Terlepas dari masalah yang saat membelenggu hubungan mereka. Danu bersyukur bisa merasakannya.

'' Mas, kok di sini ?'' Tanya Hani yang sudah berdiri di hadapan sang suami.

Sama seperti Danu, ia pun rindu dan sangat senang dapat bertemu. Membuatnya tak sadar, terus tersenyum sumringah.

'' Aku kangen . ''

Hani mengulum senyum. Ia senang sekaligus tersipu.

'' Ayo, masuk .'' Ajak Danu seraya membuka pintu mobilnya.

'' Am.. Mau kemana ? ''

'' Ke hotel. Aku mau melepas rindu padamu.'' Danu mengerling menggoda.

Hani menatap tak percaya. Apa didalam otak suaminya hanya terisi hal - hal mesum. Tapi entah mengapa ia justru senang karena merasa diinginkan.

'' Gak bisa, Mas. Besok aku shift pagi. '' Hani menggeleng.

'' Kalau kita makan malam aja, bisakan ? ''

'' Mas belum makan ? ''

Danu mengangguk.

'' Tapi motorku gimana ? '' Hani menujuk si roda dua kesayangan dengan ekor matanya.

'' Hem.... Berikan saja kunci motormu. Nanti aku suruh orang ambil dan antar ke rumahmu. '' Danu meraih tangan Hani dan menariknya .

Tapi baru saja Hani maju satu langkah , ia berhenti.

'' Cuma makan aja ,kan Mas ? '' tanyanya.

Danu menatap Hani dengan sorot datar.

Membuat Hani merasa tak nyaman dan memutuskan menurutinya.

'' Janji ya, Mas kita cuma pergi makan . '' Hani memperingati saat mobil mulai Danu jalankan.

'' Kita lihat saja nanti . '' Danu mengangkat bahunya sekali sambil tersenyum .

" Mas uda gak marah lagi ? " Tanya Hani teringat prihal kemarin.

" Marah ? " Bali bertanya dan menoleh sebentar.

" Yang kemarin.. " Suara Hani merendah.

Danu menghela nafas dan memilih tak me jawabannya. Sebab ia malas mengingat dan tak mau membahasnya.

" Mas.. "

" Em ? " Menoleh lagi dan tersenyum.

" ... "

" Bisa kita lupain aja soal itu ? "

Hani mengangguk dan balas tersenyum.

Ia lega Danu tak mempermasalahkan prihal kemaren.

Hani menarik nafas panjang dan semakin melebarkan senyum.

Teringat obrolan singkatnya dengan sang ayah tadi pagi, yang mana sang ayah mengatakan dukungan untuk kelanjutan hubungannya bersama Danu, membuat Hani berani menaruh sedikit harapan .

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang