* * *
Beberapa saat sebelumnya.
Karena Hardjono yang telah siuman terus bertanya kemana Hani, Danu pun menelpon Hani.
'' Kamu uda dimana ? ''
''Ini aku uda dirumah sakit .Baru saja nyampe. Ada apa,Mas ? ''
'' Ayahmu dari tadi nyariin kamu. Dan sekarang mau di pindah keruangan biasa. ''
Hani menghentikan langkah kedua kakinya dan nampak berpikir.
'' Em. Mas aku minta tolong temanin ayah sebentar lagi, ya. Aku ada urusan mendadak. ''
'' Ada apa ? ''
'' Barusan aku dikasi tau kalau ada yang nyariin aku, trus orangnya lagi nungguin aku. ''
" Siapa ? ''
" Aku juga belum tau siapa, Mas. Makanya aku mau mastiinnya . ''
" Apa perlu ku temani ? ''
" Gak usah, Mas. Orang di rumah sakit ini juga, kok. Jadi aku gak akan lama.
Kalau nanti ada apa-apa, Mas telpon aja aku. ''' Tut ' Sambungan telepon berakhir.
Danu menarik nafas panjang setelah itu kembali masuk ke ruang observasi. Dimana telah menunggu perawat yang akan membawa Hardjono pindah ke ruang inap biasa. Terlihat pula Nania ikut menemani.
'' Mana, Hani ? ''Tanya Hardjono pada Nania.
'' Em, Haniii ... '' Nania melirik Danu.
Danu tersenyum tak nyaman. Nania pasti heran ada apa dengannya dan Hardjo. Karena sejak sadar , Hardjono tak mau bicara bahkan melihatnya sekalipun seperti tak sudi.
Karena Harjono masih terus menanyakan Hani, maka Danu pun meminta tolong pada Nania untuk menemani Hardjono. Sementara ia akan keluar mencari Hani.
Keluar dari kamar yang berada di lantai 2 , Danu memilih lewat tangga untuk turun ke lantai utama.
Langkahnya berhenti setelah menuruni anak tangga terakhir saat melihat pria berseragam security yang berdiri tak jauh dari tempat pendaftaran pasien.
Danu yang bermaksud menghampiri pria tersebut, tanpa sengaja melihat Hani berhadapan dengan Mila.
Danu pun mengubah tujuannya dan lantas membuntuti ke mana ke dua istrinya pergi .
Tak ingin diketahui, Danu pun menjaga jarak dengan melangkah hati-hati .
* * *
Danu terpaku, pandangan yang tadinya lurus menatap Hani, perlahan turun ke bawah.
Mila telah mengatakan semuanya dan itu membuatnya malu untuk bertatapan dengan Hani.
Dikatakan tak punya apa-apa dan selama menikah bekerja dibawah ke pemimpinan Mila, sebagai seorang lelaki , terlebih statusnya sebagai suami, Danu merasa harga dirinya terinjak. Apalagi yang mengatakan itu adalah istrinya sendiri . Pada Hani pula.
Namun Danu menyadari, jika itu tak sepenuhnya salah Mila. Ialah yang dulu begitu bodoh karena membiarkan hidupnya diatur oleh orang tua dan mertuanya.
Bahkan selama menikah pun, ia acuh dan membiarkan saja Mila mengambil alih dan memutuskan hampir semua hal dalam rumah tangga mereka.
Ya, Danu sadar. Ia tak bisa menyalahkan Mila sebab semua itu terjadi karena kebodohannya sendiri. Benar. Ialah yang salah.
'' Hei, Hani ! '' Suara Mila terdengar lantang. Ia kesal karena Hani sejak tadi diam saja dan seperti mengacuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomansaSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...