Tak perduli

517 15 1
                                    

* * *

   Pukul 5.30 pagi.

   Suasana dihotel X masih sepi. Pun dengan restorannya yang hanya terlihat empat orang saja .

   Seorang pria dengan stelan kantor yang kusut , duduk dipojokan . Sejak tadi pria berkepala plontos itu terlihat sibuk dengan laptopnya . Guratan lelah terukir jelas diwajahnya , sepertinya ia tak cukup tidur atau bahkan belajar ada tidur sama sekali karena tengah gencar menyelesaikan pekerjaannya .

    Seorang lagi, wanita paruh baya yang merenung dengan pandangan ke pintu keluar. Sepertinya ia tengah menunggu kedatangan seseorang.

   Dan dua lagi adalah dua orang wanita yang duduk saling berhadapan di meja tepi dinding dengan ekspresi canggung.

   Begitulah hidup manusia. Masing-masing punya cerita sendiri dan jalan hidup yang harus dijalani.

    Adalah sebuah kebetulan, di pertemuan pertama mereka ini, Hani dan Mila sama-sama mengenakan pakaian berwarna putih.

   Bedanya yang membalut tubuh Hani adalah seragam perawat rumah sakit , sedangkan Mila nampak anggun dengan gaun berlengan seperempat yang panjangnya sedikit melewati lutut.

   Kemarin, Mila menghubungi Hani . Mila sebenarnya merasa tak nyaman berbicara dalam telpon. Tapi mengingat jika pernikahan yang telah ditetapkan tak sampai tiga hari lagi, maka selain memperkenalkan diri , Mila juga mengutarakan maksud tujuan sebenarnya menelpon. Ia mengajak Hani untuk bertemu dan bicara.

   Hani bukannya tak ingin bertemu. Tapi karena pekerjaannya dirumah sakit dan di praktek dokter Adrian, ditambah lagi di hari ini ia harus double shift untuk menggantikan rekan kerjanya yang tK masuk karena sakit, membuat Hani tak bisa memberi kepastiaan kapan bisa bertemu.

  Hingga akhirnya Hani berubah pikiran. Mengingat besok adalah hari ' H ' nya, mau tak mau ,hari ini Hani menyempatkan diri bertemu Mila.

    Hani pun bangun lebih awal . Bergegas ia bersiap dan pergi ke hotel tempat dimana akad nikah akan dilakukan besok. Hani sengaja langsung mengenakan seragam kerjanya, karena setelah bertemu Mila nanti, ia akan langsung ke rumah sakit.

     Hani tiba dan kedatangannya telah ditunggu Mila.

   Ketika pertama kalinya saling melihat satu sama lain, kedua wanita yang memiliki selisih 6 tahun ini saling sapa dan melemparkan senyum terbaik .

   '' Maaf memintamu datang ke mari pagi-pagi . '' Ucap Mila membuka pembicaraan .

   '' Tidak apa-apa. '' Hani mengangguk canggung. Sungguh ia tak menyangka. Wanita yang akan membagi suami padanya ternyata sangatlah cantik.

   Diam sesaat , keduanya saling tatap. Mila menatap masih dengan senyum yang sama. Namun sorot matanya menyidik. Seolah ingin masuk dan menyelam wanita yang duduk di hadapannya ini. Mila agaknya penasaran dan tak sabar ingin mengenal lebih dalam calon madunya.

   Sedangkan Hani. Ekspresi nya datar. Pun dengan tatapannya yang tak bisa ditebak.

   Lalu kedua wanita ini sama-sama menghela nafas yang terasa berat karena atmosfer yang terasa tak nyaman .

   '' Nah, itu dia sudah datang. '' Mila berdiri dari duduknya ,mengangkat tangan kanan dan melambaikannya sambil menyebut ' Mas ' beberapa kali .

   Hani reflek memutar tubuhnya, melihat ke arah di mana tangan Mila bergerak manggil.

   Mengenakan pakaian santai, kaos polos berwarna coklat dipadu celana putih selutut. Kesan pertama yang Hani tangkap dari sosok yang tengah berjalan mendekat adalah maskulin.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang