* * *
Hujan tak kunjung berhenti.
Tak seperti tadi. Suasana kini lebih tenang.
Hani terlihat memperhatikan jalanan sedangkan Danu fokus menyetir .
Sesaat kemudian, Hani tercengang.
Matanya melebar .Ketika Danu menghentikan kendaraannya tepat didepan halaman sebuah gedung pencakar langit.Hampir saja mulutnya ikut terbuka , beruntung ia segera tersadar.
'' Mau ngapain kita kesini ? '' Tanya Hani pada Danu yang membuka pintu dan mengulurkan tangan padanya.
'' Makan malam. Sekalian bicarain soal rumah tadi . '' Jawab Danu .
'' Tapi Makan malam kok ke hotel, si Mas ? Kan masih banyak tempat lain. '' Protes Hani yang enggan beranjak .
Danu menyeringai.
Karena Hani masih tak mau juga bergerak, Danu pun mendekat. Membuka safety belt dan menarik tangan Hani keluar.
Danu membalut erat jemari Hani, seolah takut dan tak ingin Hani lepas.
Sebelum masuk, Danu menyerahkan kunci mobil pada petugas hotel untuk memarkirkan kendaraannya.
Dengan terpaksa, Hani pun mengikuti kemana Danu menuntun langkahnya.
'' Atas nama tuan Danu Arbata. Kamar nomor Xxxx ya, pak . '' Ucap petugas resepsionis dengan ramah sambil menyerahkan card room pada Danu.
'' Mas . '' Hani menghentikan langkahnya tak jauh dari lift yang memang akan menjadi akses jalan berikutnya.
Danu pun berhenti.
'' Ada apa sayang ? '' Tanya Danu lembut.
'' Mas bilang kita mau makan malam. Tapi kenapa pesan kamar segala ? Untuk apa ? '' Tanya Hani setengah berbisik . Ia tak mau sampai ada yang mendengar dan menjadi bahan perhatian oleh mereka yang berlalu lalang di sekitarnya.
'' Yakin gak tau untuk apa ? '' Danu tersenyum menggoda.
Hani mengulum dalam bibirnya.
Tentu ia mengerti maksud dan apa tujuan Danu membawanya ke hotel bintang lima ini. Hanya saja ia terlalu malu untuk mengatakannya.
'' Tap-tapikan Mas.. '' Hani yang bermaksud mencegah, harus menggantung ucapannya saat mendengar bunyi ' Ting ' yang berasal dari lift.
Hani seketika terdiam, dengan pandangan tertuju pada pintu lift yang terbuka . Mereka yang baru saja menggunakan akses naik turun antar lantai itu pun mulai berkeluaran.
Raut wajah Hani tiba-tiba berubah. Ia terlihat shock, menatap hampir tak berkedip pada sosok yang juga menatapnya dengan cara dan ekspresi yang sama.
* * *
Pagi tadi.
Ditempat dan pada orang yang berbeda.
Hari ini, setelah jam kerjanya selesai di rumah sakit, Dokter Adrian tak lantas pulang kerumah karena ia memiliki janji temu dengan seorang marketing dari sebuah perusahaan jasa yang khusus melayani pengobatan ke luar negeri .
Dokter Adrian ditawarkan menjadi salah satu pembicara di acara seminar kesehatan bertema ' Perganncy ' yang akan diadakan di hotel X.
Setelah memperoleh kesepakatan dan ditutup dengan jamuan makan malam, Dokter Adrian langsung pamit . Sebab tak ingin membuat para pasien menunggu lebih lama .
Di dalam lift, Dokter Adrian yang sedang turun ke lantai dasar terlihat dua kali menilik jam di pergelangan tangannya.
Pria berparas menawan itu menghela nafas. Sudah pukul delapan. Sepertinya ia akan sangat terlambat sampai di klinik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomanceSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...