Tak mau mengalah

452 15 0
                                    

* * *

Makasih untuk yang uda setia baca, vote dan juga komen nya...

Selamat membaca 🤗

* * *

Hari berlalu.

Hani yang baru saja bangun dan keluar dari kamarnya, mendapati Lastri di dapur, tengah membuat sarapan .

" Raraaaa . " Panggil Lastri dengan nada tinggi.

Rara menyahut dan tak lama muncul .

Hani melongo, melihat ibu dan anak yang sama sekali tak memperdulikannya . Ia seperti dianggap tak ada.

Bukankah ini aneh ?

Namun yang lebih membuatnya bingung adalah, Lastri menyiapkan sarapan hanya untuk dua orang.

Hani merasa diacuhkan seba Lastri dan Rara langsung makan tanpa  menghiraukannya.

Padahal bisanya , Lastri akan menyuruh Rara memanggilnya dan ayahnya, lalu mereka akan sarapan bersama.

Pun dengan Rara yang sama sekali tak menyapanya. Bahkan terlihat sekali jika Rara sengaja tak mau melihatnya.

Ada dengan mereka?

'' Rara berangkat dulu, ya Bu. '' Pamit Rara yang setelah itu mengucapkan salam .

Tapi Rara tak langsung berangkat begitu saja. Ia hampiri Hani untuk pamit.
Setelah itu ia pun beranjak dari dapur.

'' Ra..'' Panggil Hani pada Rara yang sudah diambang pintu.

Rara berhenti dan menoleh.

'' Kamu lagi buru-buru,ya ? ''

'' Iya, mbak. Ada kelas pagi soalnya . ''

'' Em. Kalau gitu kamu tunggu sebentar. Biar Mbak antar kamu ke kampus. '' Hani hendak berbalik, namun tak jadi sebab Rara mencegahnya.

Rara menolak tawarannya dengan alasan sudah memesan ojek online .

Hani terdiam seolah kehabisan kata-kata. Seingatnya Rara tak pernah menolak setiap kali Hani menawarkan diri untuk mengantarnya.

Bahkan lebih sering, Rara sendiri yang meminta hingga sampai memelas agar diperbolehkan pergi bersamanya.

Tapi barusan Rara langsung menolaknya dan lebih memilih menunggu dijemput tukang ojek.

Hani tentu merasa heran. Ada apa? Kenapa dengan Ibu dan adik tirinya ?

Dan benar saja. Tak sampai lima menit, ojek online yang Rara pesan datang dan pun Rara pergi .

' Tak. Tak ' Suara hentakan yang membuat Hani berbalik.

Hardjono keluar dengan bantuan tongkat. Hani melebarkan senyum, melihat ayahnya yang sudah piawai menggunakan alat bantu berjalan itu.

Ia senang, karena ayahnya sudah bisa mandiri dan dapat melakukan keperluannya tanpa harus bergantung dengan orang lain.

Hani dan Hardjono lantas duduk di kursi yang ada di teras.

'' Yah, semalam Mas Danu titip salam. Dia bukannya gak mau masuk , cuma aku yang ngelarang. Karena kupikir kalian pasti uda pada tidur. '' Ucap Hani yang sengaja bersuara lantang agar sampai juga di telinga Lastri yang kebetulan sedang mengepel lantai di ruang tamu.

Tapi Lastri acuh dan tetap melakukan pekerjaannya. Setelah itu, Lastri beranjak kebelakang.

Hani menatap Hardjono yang menatap sendu pada sosok yang lenyap usai melewati dinding pembatas ruangan.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang