* * *
Beberapa saat setelah Hani pergi, Danu terlihat sibuk di dapur. Dan hanya berselang tiga puluh menit kemudian , dua olahan masakan siap untuk dinikmati.
Usai membersihkan area memasak dan merapikan peralatan yang tadi di gunakan untuk memasak, Danu masuk ke kamar.
'' Fyuhhh.. '' Danu menghela nafas sambil meluruskan kaki di atas tempat tidur.
Dan bersamaan dengan itu pula, ponselnya berbunyi.
Danu merogoh saku depan celananya dan mengeluarkan benda yang kembali mengeluarkan suara notif yang sama.
Pertanda ada dua pesan yang masuk berturut-turut.
Pesan pertama dari Mila.
Danu bergeming sesaat. Ia a sebenarnya ragu, namun ia tak bisa mengabaikannya mengingat ia dan Mila masih memilki urusan , yakni tengah dalam proses perceraian.
" Ok, Mas. Aku nyerah.
Aku setuju kita bercerai. Dan akan lebih baik jika proses perceraian kita bisa cepat selesai. Jadi sebaiknya kita gak usah datang di persidangan nanti . "Danu menarik nafas dan membalas pesan dari wanita yang secara hukum agama telah resmi menjadi mantan istrinya.
'' Terima kasih, Mila.
Aku minta maaf atas semua salah dan sikapku selama ini padamu . ''Tak ada balasan. Danu pun beralih ke pesan berikutnya .
'' Kepada Bapak Danu Arbata . Selamat, anda menjadi salah satu yang lolos untuk mengikuti tahap berikutnya.
Besok silahkan datang ke restoran dan anda akan mulai menjalani masa percobaan selama satu bulan .
Dan selama masa percobaan nanti, bukan hanya kualitas kerja anda yang akan dinilai , tapi anda juga akan menerima beberapa pelatihan tambahan diluar jam kerja.
Jadi kami harap,lalukan yang terbaik karena itulah yang nantinya akan menentukan apakah anda diterima bekerja atau tidak. Terima Kasih. ''
Danu mengukir senyum .
Ia baca sekali lagi isi pesan kedua untuk memastikan jika ia tak salah.
Senyum Danu mengembang sempurna karena ternyata pesan tersebut menyatakan ia lulus dan akan diperkenankan mengikuti tahan lanjutan.
Meski dikatakan ia akan berada dalam masa percobaan selama satu bulan, tapi ia sudah sangat senang.
Karena itu berarti ada harapan dan ia akan berusaha melakukan yang terbaik agar bisa mendapatkan pekerjaan itu. Pekerjaan yang memang sesuai dengan yang ia inginkan.
Danu nampak begitu senang dengan dua kabar gembiranya.
Namun suara Hardjono yang menyebut nama sang istri membuatnya seketika berlonjak dan turun dari kasur.
'' Haniii.. '' Suara Hardjono kembali terdengar memanggil.
Bergegas Danu meletakkan ponselnya dan hendak keluar. Namun tak sempat sebab keburu pintu ditekan dan terbuka. Karena memang pintu tak terkunci.
Hardjono pun muncul .
'' A-ayah. ''
Hardjono bergeming. Menatap datar sebab bukan Danu sosok yang ia cari.
'' Ayah mencari Hani ? Hani sudah berangkat kerja. Tadi ayah lagi tidur, makanya dia pergi gak pamit. '' Danu menjelaskan .
'' ... ''
" Ayah lapar ? Aku tadi sudah masak. Sebentar biar kusiapkan. ''
Melihat Hardjono bergeming, Danu yang tadinya hendak keluar, urung melakukannya dan tetap ditempatnya.
Ia perhatikan Hardjono yang tengah mengalihkan pandangannya pada lemari pakaian.
Lalu perlahan Hardjono melangkah dan berhenti tepat didepan tempat penyimpanan pakaian itu.
Kedua tangan Hardjono terangkat, membuka satu persatu pintu lemari dan membiarkan semuanya terbuka lebar.
'' Dia masih menyimpan barang-barang milik almarhum suaminya. '' Ucapnya sambil meniti setiap ruang lemari , dimana atasan dan bawahan masih terlipat dan bergantung rapi.
'' ... '' Ekspresi Danu mendadak datar. Ia pun turut menatap lemari yang hampir semuanya berisi pakaian milik almarhum suami Hani terdahulu.
Hingga saat Hardjono berbalik ,berjalan melewatinya dan keluar dari kamar , Danu masih mematung ditempatnya berdiri.
Danu seolah tak perduli apa maksud perkataan Hardjono . Apakah sengaja atau hanya reflek semata. Namun yang jelas, hal tersebut sukses membuatnya kepikiran.
Danu maju dan berhenti tepat ditempat Hardjono berdiri tadi.
Kedua bola matanya bergerak perlahan, naik turun dan kiri - kanan, memperhatikan secara keseluruhan isi lemari pakaian .
Rasa sanksi menghampiri.
Apakah ia sudah benar-benar berhasil menguasai dan bertahta di hati Hani ?
Ataukah mungkin masih ada ruang dimana Hani menyimpan kenangan mendiang suami terdahulunya ? Sama seperti isi lemari yang masih penuh dengan barang-barang milik lelaki yang telah meninggal lima tahun lalu.
Tak cukup dengan isi lemari, Danu memutar sedikit tubuhnya , membawa pandangannya ke tempat tidur.
Pikirannya semakin tak karuan.
Entah bagaimana, ia jadi membayangkan Hani tengah tidur bersama pria yang ia anggap sebagai suami Hani yang telah meninggal .
Danu tiba-tiba merasa panas.
Ia marah sebab cemburu. Padahal itu cuma khayalannya saja. Tapi mengingat jika itu memang pernah terjadi, rasa tak suka dan tak rela membuatnya semakin terbakar.
Danu pun semakin hanyut oleh pikiran yang tidak seharusnya ia pikirkan.
Bagaimana perasaan Hani saat bersamanya.
Mungkinkah Hani diam - diam membandingkan dirinya dengan lelaki itu ? Jika benar, lalu siapakah diantara mereka yang lebih baik ?
'' Siapakah diantara kami yang paling membuat mu terkesan , sayang ? Aku atau dia ? '' Batin Danu .
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomanceSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...