Meski hanya sementara

306 10 0
                                    

* * *

Keluar dari pusat kota dan menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga puluh menit, mobil yang membawa Danu dan Hani mulai memasuki sebuah perumahan komersial yang rata - rata telah berubah dari model aslinya.

Mobil lalu berhenti tepat di depan rumah tipe 36 minimalis dengan model original.

'' Ini rumah sementara kita. '' Ucap Danu seraya membuka pintu mobil dan keluar .

Hani pun keluar dan berjalan lebih dulu menuju rumah bercat putih yang pintunya masih tertutup rapat.

Sedangkan Danu ,usai mengeluarkan koper dari bagasi , ia pun menyusul Hani yang sudah berdiri depan pintu rumah.

Danu memasukan kunci, memutarnya dan pintu lun terbuka. Ia persilahkan Hani masuk terlebih dahulu dan ia mengekor dibelakang.

Hani melangkah perlahan, sambil memperhatikan setiap sudut rumah yang terdiri dari teras , ruang tamu , dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan halaman belakang .

'' Tadinya ini rumah contoh. Tapi karena semua unit telah di beli, jadi tinggal ini saja yang tersisa. '' Danu menjelaskan.

Hani mengangguk paham. Pantas saja rumah ini sudah terisi dengan berbagai perabotan.

Ekor mata Hani tak berhenti bergerak, menelusuri setiap sudut ruangan demi ruangan yang ia masuki.

Tak sadar, ia tersenyum sebab terkesima. Menurutnya,rumah ini sesuai untuk pasangan yang baru saja akan memulai kehidupan berumah tangga. Tak terlalu besar, namun cukup ideal meski nanti penghuninya bertambah.

Melihat senyum yang terukir di wajah Hani, Danu pun ikut tersenyum.

Ia senang karena sepertinya Hani menyukai rumah yang sedang dalam proses balik nama ini.

Jadi tak percuma ia membawa Hani dan akan tinggal berdua disini. Meski itu hanya untuk sementara.

Ia biarkan Hani menelusuri seisi rumah . Sementara ia masuk ke kamar utama yang akan ia tempati bersama Hani sambil membawa barang bawaan Hani.

'' Jadi untuk sementara kita akan tinggal disini, Mas ? '' Tanya Hani yang sudah berdiri diambang pintu.

Danu yang baru saja selesai memindahkan isi koper kedalam lemari, menoleh dan mengangguk.

'' Berapa lama ? ''

Danu menatapnya sejenak , lalu beranjak menuju kasur berukuran 160 x 200 dan duduk.

'' Kemarilah . '' Danu menepuk-nepuk sisi kanannya.

Hani menurut. Ia masuk dan duduk tepat disamping Danu.

Sesaat keduanya diam dengan saling menatap , memperhatikan setiap inci wajah satu sama lain.

'' Kau suka rumah ini ? ''

'' Em. '' Hani mengangguk.

'' Kalau kau suka, aku akan mengubah nama kepemilikannya jadi namamu . ''

'' Rumah ini Mas beli ? ''

Danu mengangguk sambil tersenyum.

'' Memang masih dalam proses ,tapi secara administrasi rumah ini sudah menjadi milikku. ''

'' Untuk apa Mas beli , kalau hanya untuk sementara ditinggali ? ''

Senyum Danu memudar. Ia tatap lekat-lekat wajah Hani yang tak pernah bosan dipandang. Sungguh ia tergila-gila pada setiap hal yang ada pada wanita ini. Dan tak rela melepasnya.

Tapi apa mau dikata. Ia sudah terlanjur menjanjikan perpisahan yang mungkin tak lama lagi akan terjadi.

Danu tertunduk sesaat. Memikirkan itu, dadanya terasa sesak dan membuatnya sulit bernafas.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang