Tak mau terlihat menyedihkan

304 6 0
                                    

* * *

Fajar telah tenggelam sepenuhnya. Bertepatan dengan itu pula ,mobil yang membawa Hani dan Danu berhenti di depan rumah .

Bergegas Hani turun . Tanpa menunggu ia langsung membuka bagasi belakang, mengeluarkan tas bawannya dan membawanya sendiri.

'' Eng ? '' Hani menatap heran pada keadaan rumah yang sepi . Pintu tertutup rapat dan saat ia tekan ganggangnya, ternyata terkunci.

Untung saja ia memiliki kunci cadangan yang selalu ia bawa saat pergi meninggalkan rumah.

'' Asalamualaikum. '' Salam Hani seraya melangkahkan kaki masuk kedalam rumah.

Wajah Hani berlipat mendapati susana rumah yang gelap . Tak ada satupun penerangan yang menyala.

' Tlak ' Danu yang berada dibelakangnya menghidupkan saklar lampu .

Hani dan Danu sama-sama terkejut melihat keadaan ruang tamu yang berantakan.

Keduanya pun serempak memutar leher dan memperhatikan setiap sudut ruangan yang menguarkan aroma khas ruangan yang tak cukup mendapatkan sirkulasi udara.

Pun dengan suhu ruangan yang terasa pengap dan lembab.
Seperti rumah yang telah lama tak pernah di buka .

Hani berbalik sebentar, membiarkan pintu terbuka dan melanjutkan langkah menuju kamar ayahnya.

'' Ayah.. '' Panggil Hani sambil mendorong permukaan pintu kamar yang ditempati orang tuanya.

Tak ada sahutan, Hani pun masuk dengan diikuti Danu dibelakangnya.

Hani mengernyit .

Hal yang sama juga terlihat di wajah Danu. Keadaan ruang tidur utama ini tak jauh berbeda dengan ruang tamu tadi.

Tak hanya pengap, ruangan ini juga beraroma apek yang cukup menyengat.

Hani dan Danu bertambah heran.

Hani terur melangkah, meniti sekitarnya yang berantakan dan tak ia temukan siapapun.

Perasaan Hani jadi tak nyaman.

Bergegas ia berbalik dan keluar kamar . Hani hampiri kamar Rara. Ia ketuk dan ia coba tekan, yang ternyata tak terkunci.

'' Ra...Rara... '' Hani memanggil saudara tirinya. Namun tak ada sahutan.
Hani pun masuk dan lagi-lagi tak ia temukan siapapun didalamnya.

Keluar dari kamar Rara, Hani pun mempercepat langkah menuju bagian rumah paling belakang.

Danu mengekor dibelakangnya.

Sampai di area dapur, wajah kening Hani kembali berlipat ketika indera penciumannya mengendus aroma yang campur aduk yang sulit diartikan.

' Kret ' Suara pintu kamar mandi terbuka .

Hani dan Danu serempak menoleh ke asal suara. Hardjono keluar dan nampak terkejut melihat dua orang melongo menatapnya. Hardjono sepertinya baru saja mandi. Terlihat dari rambutnya yang basah dan handuk yang menggantung di pundak kanannya.

'' Ayah ? '' Hani tak percaya dengan penglihatannya.

Seminggu tak melihatnya, kondisi fisik sang ayah sudah berbeda. Hardjono nampak kurus dan ringkih.

' Tak. Tak. Tak. ' Hardjono berjalan dengan bantuan kedua tongkat yang diapit di ketiaknya . Ia lewati Hani dan Danu begitu saja.

Hani seperti tercekat setelah Hardjo berlalu.

Untuk sesaat ia terpaku. Kedua netranya bergerak lambat, memperhatikan keadaan dapur yang tak karuan.

Dua buah gelas terlihat di atas meja makan dengan posisi satu berdiri dan satu lagi tumbang.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang