* * *Kota X.
Di salah satu kamar VVIP , di sebuah Rumah sakit swasta kota X.
Mila termangu, melihat sang ibu terbaring lemas dengan tangan terinfus.
Menurut diagnosa dokter, asam lambung Rianti naik. Rianti yang memang memiliki riwayat maag akut, belakangan sering melewatkan jam makan.
Penyebabnya tak lain adalah karena terus memikirkan Mila hingga mempengaruhi kesehatannya dan harus dilarikan ke rumah sakit .
'' Ayah dengar, sudah seminggu lebih Danu tidak masuk bekerja. Kenapa ? Ada apa lagi dengannya ? ''
Mila bergeming dengan kepala sedikit tertunduk. Ayahnya pasti mendapat laporan tentang itu dari orang kepercayaan yang ada dikantornya.
Mila menegakkan kepala ,menatap wajah ayahnya dan mengangguk.
'' Mas Danu mengundurkan diri.. ''
" Mengundurkan diri ? '' Arbowo tergelak sinis mendengar sang menantu yang ternyata semakin bertingkah.
'' ... ''
'' Jangan bilang dia kembali ingin menjadi tukang masak lagi ? '' Tanya Arbowo pada Mila yang terlihat baru saja menghela nafas.
Tak perlu menunggu jawaban. Melihat dari ekspresi Mila saja Arbowo sudah bisa menebak jawabannya.
" Ayah.. Tidak bisakah kita membiarkan Mas Danu memilih jalannya sendiri? Biarkan dia menjadi seperti yang dia inginkan.." Mila menyorot penuh harap.
'' Apa menurutmu , dia masih bisa mewujudkan cita-cita tak masuk akalnya itu ?!
Lalu apa jaminannya jika dia akan membahagiakanmu dengan bekerja sebagai tukang masak ? "" A-ayah.. "
" Sudahlah ,Mila . Jangan lagi membelanya.
Ayah sudah muak. Ayah tak mau lagi mendengar tentangnya.
Jadi.. Sebaiknya kau urus saja perceraian mu secepatnya ! "Mila berdiri dengan raut wajah berubah.
" Tidak, ayah ! Aku tidak mau ! Aku tidak mau berpisah dari Mas Danu!
Aku mencintai Mas Danu. Aku tidak bisa hidup tanpanya. "" ... "
Raut wajah Mila kembali berubah. ia dekati sang ayah dan memegang lengannya.
" Tolong.. Mengertilah, Yah..
Aku sangat - sangat mencintainya..." Mila memelas dengan air mata yang mulai mengalir." Cinta ? Apa dia juga mencintaimu Mila ? '' Suara Arbowo merendah. Ia tatap sang putri dengan tatapan sendu.
" ... "
" Jawab ayah, Mila ! Jawab ! " Nada dan Raut wajahnya berubah secara bersamaan. Arbowo berang.
Mila tersedu.
'' Ayah tak habis pikir denganmu, Mila. Untuk apa kau bertahan dengan pria yang tidak normal sepertinya. ''
'' Tidak ayah. Apa yang Ayah tuduhkan salah.
Mas Danu normal . Dan aku sudah membuktikannya . '' Mila menggeleng dan berusaha meyakinkan jika ayahnya telah salah menuduh suaminya tak normal.'' ... ''
" Ayah.. Ku mohon. .
Berhentilah mencampuri kehidupan ku. Dan biarkan aku mengurus masalah rumah tangga ku sendiri . ''Arbowo menyetak nafas.
'' Ini semua salah ayah ...
Ayah menyesal telah menjodohkan mu dengannya. Jika tau akan seperti ini , ayah tak mungkin memilihnya menjadi suamimu .
Tapi ini masih belum terlambat . "" Ayah.. "
" Dengar ini baik-baik Mila.
Kau tak ayah ijinkan pulang sebelum kau setuju untuk menceraikannya.
Dan jika kau tak mau, maka selamanya kau jangan pernah pulang dan menemui ayah dan ibumu lagi.
Apa kau mengerti ? ! "Masih dengan perasaan terguncang, Mila keluar dan memutuskan pulang ke rumah.
Mila nelangsa.
Ia tak mengerti , mengapa tak satupun yang ia rencanakan berjalan sesuai keinginannya.
Di saat ia sedang berusaha memperbaiki dan menata ulang rumah tangganya, kenapa orang tuanya justru menekan untuk mengakhiri pernikahannya ?
Mila sesenggukan .
Sesampainya dirumah, Mila yang terlihat lesu, berjalan gotai menuju kamarnya.
Setelah masuk dan mengunci pintu, Mila lantas duduk di kursi yang terletak disisi jendela.
Mila lemparkan pandangan ke luar dan mendongak. Langit begitu gelap . Semilir angin malam menyentuh indra perasanya . Hawa dingin menyapa. Mila memejamkan mata, mencoba menikmati susana tenang yang ia harap dapat memenangkannya.
Namun baru saja beberapa saat merasa tenang, gemercik air terasa menyentuh wajahnya.
Mila membuka mata dan mendapati cuaca yang perlahan-lahan menjadi gerimis.
Mila pun beranjak , menutup jendela , berjalan dan naik keranjang. Mila ambil ponsel dari dalam tas yang tergeletak di atas tempat tidur dan mengecek isinya.
Mila menghela nafas berat, karena di layarnya hanya tertera pemberitahuan email dan WA dari pekerjaan saja.
Padahal sudah sejak pagi hingga sesaat sebelum menemui ayahnya tadi, tak terhitung berapa kali ka mengirim pesan dan mencoba menelpon sang suami.
Tapi tak sekalipun Danu mau mengangkat telponnya. Dan tak satupun pesan yang ia kirim dibalas.
" Mas, kamu dimana ? Kok, seharian gak angkat telpon ku ? Aku WA juga gak di balas . " Mila mengetik pesan dan ia kirim ke Danu.
" Aku sedang dirumah ibu ." Balas Danu.
Mila tersenyum, karena Danulangsung membalas. Dengan penuh semangat ia pun melakukan panggilan suara. Namun Danu tak mau mengangkatnya.
" Mas, kenapa gak diangkat ? "
" Aku lagi sama Hani. "
Mila shock . Jemarinya mendadak tak bisa digerakkan.
Lalu sebuah pesan kembali masuk. Dengan perasaan ragu, Mila membuka dan membaca pesan yang ternyata masih dari pengiriman yang sama. Danu.
" Kurasa kau lupa . Jadi aku akan mengingatkan mu. Aku sudah menghabiskan waktu selama satu minggu penuh denganmu. Dan selama satu minggu kemarin, aku tak pernah menemui bahkan menghubungi Hani sekalipun.
Jadi, sekarang adalah giliranku bersama Hani. Karena itu, aku pun akan melakukan hal yang sama. Selama seminggu bersamanya, aku tidak akan pulang ataupun menemuimu .
Sebaiknya kita juga tidak saling menghubung jika bukan keperluan mendesak. "
" Tega, kamu Mas . "
Mila menekan dada yang rasanya seperti tengah di iris. Ia pikir Danu telah menyudahi semuanya . Tapi ternyata..
Air mata Mila jatuh.
Sungguh ia merasa ini tak adil .
Padahal disini ia tengah berjuang mempertahankan rumah tangganya .Tapi Danu justru tengah asik bersama madunya.
Mila memutuskan untuk tidak membalas pesan Danu.
Ia lempar ponselnya dan merenung. Memikirkan apa yang sebaiknya ia lakukan . Apakah ia harus menyerah ? Tidak. Mila tak mau kehilangan Danu. Tapi bagaimana dengan ancaman ayahnya ?
Sanggupkah ia kehilangan segalanya dan putus hubungan dengan kedua orang tuanya ?
Mila terdiam cukup lama. Hingga akhirnya muncul pikiran akan memberi pelajaran sekaligus peringatan pada Danu . Tapi akan ia lakukan itu pada Hani.
'' Akan ku buat kau menyesal, Mas . ''
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomanceSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...