* * *
Sementara itu, Hani dan Danu yang sedang di perjalanan terlihat saling diam. Apa yang terjadi barusan, membuat suasana di antara mereka jadi tak nyaman.
Hani tertunduk. Pandangannya fokus pada jemari - jemari polosnya yang saling bertautan.
Terlihat pula ia beberapa kali menghela nafas .
" Pelakor? '' Hani bergidik, membayangkan jika julukan itu nanti disematkan padanya saja sudah membuatnya takut .
Karena memang, ucapan Lastri tadi ia akui semuanya benar dan sangat masuk akal.
Sedangkan Danu , ditengah fokus menyetir , sesekali ia menoleh kesamping. Memperhatikan Hani.
Sama seperti Hani. Ia pun begitu kepikiran ucapan Lastri tadi.
'' Sayang. '' Panggil Danu.
Namun Hani tak menyahut. Entah tak dengar atau sengaja mengacuhkannya.
Hingga tak terasa puluhan menit berlalu dan Danu menghentikan kendaraannya di depan sebuah rumah .
Hani yang tersadar menoleh pada Danu yang tengah melepas safety belt nya.
Danu tersenyum lalu mendekat setelah berhasil melepas tali pengamanannya . Danu membantu Hani membuka safety belt nya.
'' Dimana ini Mas ? '' Tanya Hani saat Danu membuka pintu dan mengulurkan tangannya.
'' Turun dulu. Nanti juga kau akan tau. ''
Hani meletakkan jemarinya di telapak tangan Danu , yang kemudian langsung Danu genggam erat.
Danu menarik, menuntun langkah Hani menuju rumah yang berjarak tak jauh dari mobil terparkir.
Sambil berjalan, leher Hani tak berhenti berputar untuk memperhatikan sekitarnya.
'' Asalamualaikum. '' Danu mengucapkan salam ketika langkahnya dan Hani berhenti tepat di depan rumah yang pintunya terbuka lebar.
'' Wahalaicum calam. '' Suara khas cadel menyahut dan disusul munculnya sosok mungil berambut pendek dan di permanis dengan poni depan yang tertata rapi.
'' Itaaaa.... ''
'' Papahhhh... '' Si kecil merentangkan tangannya sambil berlari dengan penuh semangat.
Sontak mata Hani melebar mendengarnya . Hani menoleh kesamping.
Danu melepas pegangan tangannya dan berjongkok. Senyumnya tak kalah lebar dari makhluk menggemaskan yang sedikit lagi sampai menghampirinya.
'' Hup ! '' Danu menyambut saat si kecil menjatuhkan pelukan dan langsung menggendongnya.
Danu terlihat begitu senang. Ia cium kedua pipi si kecil yang kini melingkarkan tangan di bahunya secara bergantian.
" Aaa.. Cudah papa... "
" Habis kamu gemesin sih. . " Masih menghujani ciuman di kedua pipi si kecil secara bergantian.
" Papa ciapa dia? " Tanya si kecil dengan telunjuk mengarah pada Hani.
" Papa ? " Pupil mata Hani semakin melebar. Ia pikir tadi ia mungkin salah dengar. Tapi ternyata tidak.
Gadis kecil itu memanggil Danu dengan sebutan Papa dengan sangat jelas.
Tapikan...
Hani terlihat begitu bingung dan tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar , dengan pemandangan mesra antara anak dan ayah yang kini ada dan di hadapannya, dan dengan segala prasangka yang kini tengah memenuhi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomanceSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...