Menuntaskannya sendiri

467 13 0
                                    

* * *

Danu termenung. Pikirannya tengah melayang pada kalimat yang menjadi penutupan saat sesi tahap seleksi yang ia ikuti seminggu lalu.

'' Jika dalam tiga hari anda tidak dihubungi , maka itu berarti , anda tidak lulus untuk mengikuti seleksi tahap berikutnya. ''

Danu mengusap wajahnya dan bersandar.

Besok tepat satu minggu, semenjak ia dinyatakan lulus seleksi wawancara dan mengikuti tahap ke dua, hingga kini, ia belum mendapat panggilan lagi ataupun pemberitahuan lainnya.

Apakah itu berarti ia tak lolos ?

Danu menatap nanar pada layar ponselnya.

Selain menunggu adanya notifikasi pemberitahuan dari pekerjaan yang sangat ia inginkan, ia juga sangat berharap ada seseorang yang akan mengirimkan pesan ataupun menelponnya. Siapa lagi kalau bukan Hani.

Tapi justru Hito yang setiap hari menghubunginya.

Meski bukan orang yang diharapkan, tapi adiknya itu selalu bisa menghiburnya.

Danu tergelak teringat kelakuan Hitom

Tak hanya sekedar menanyakan kabar , di setiap penghujung obrolan dan pesan yang dikirim, Hito selalu menyemangatinya dan juga tak pernah lupa menyertakan berita lowongan pekerjaan yang sedang Danu incar. Entah itu di restoran ternama, tempat-tempat makan sederhana, bahkan rumah makan yang tengah membutuhkan bagian cuci piring pun Hito beritahukan.

Danu tertawa . Ia benar-benar bersyukur memiliki saudara yang begitu mengerti dirinya.

Pun ia tau, Hito tak benar-benar akan menyuruhnya melamar menjadi tukang cuci piring dan hanya mencoba menghiburnya yang memang tengah di landa kegalauan.

'' Mas.. ''

Danu tersentak. Secara reflek ia langsung menyelipkan ponselnya dibawah bantal.

" Ada apa? Kok kaget gitu ? "

" Bukan apa-apa. "

" Masab? Tadi aku liat Mas ketawa.
Kalau ada hal yang menyenangkan cerita ke aku, dong. " Menyorot penasaran.

" Itu.. Aku lagi WA-an sama Hito. '' Danu tersenyum tipis sambil menujukan isi pesan dari Hito.

'' O . '' Mila yang tadinya senang melihat Danu tersenyum, mendadak ekspresinya berubah datar.

Mila melihat sekilas layar ponsel yang memang menujukan chat antara Danu dan Hito.

Mila memalingkan wajahnya.

Hanya mendengar nama adik iparnya itu saja , ia sudah merasa jengah. Jadi ia pun memilih tak mau tau isi chat tersebut.

Mila memang tak suka pada Hito. Karena itu, ia pun selalu memilih untuk sebisa mungkin tak mau bertanya apapun mengenai Hito. Apalagi membahas tentangnya.

Mila menyibak bad cover dan naik ketempat tidur . Ia merapat pada Danu yang tengah duduk bersandar dan melingkarkan tangannya di pinggang sang suami.

'' Mas.. '' Mila mendongak.

'' Em ? ''

'' Emmm... Maaaass ... Gak kepengen ? '' Tanya Mila lembut. Selembut kepala yang ia gerakan di dada suaminya dengan perlahan.

Sejak malam itu, Mila selalu terbayang dan menanti akan terulang lagi. Di cumbu penuh gairah dan semangat. Yang membuatnya merasakan sebuah sensasi seperti hilang kesadaran. Melayang seolah tak ada beban. Mila ingin merasakannya lagi.

'' Maaf, Mila. Tapi aku capek . ''

Mila menarik diri, menatap Danu dengan heran.

'' Capek ? '' Batinnya protes. Ingin rasanya ia lontarkan. Tapi urung ia lakukan.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang