Andai saja

389 13 0
                                    

* * *

" Nak Hani .. " Suara lembut membuat Hani tersadar dan langsung menoleh.

'' Ya, bu.. '' Sahutnya seraya tersenyum .

Sri menatap lekat-lekat wajah wanita yang juga berstatus sama seperti Mila.
Sorot matanya berbinar-binar. Ia senang sekaligus tak sabar ingin segera mengenal siapa istri kedua anaknya ini.

Dengan penuh antusias, Sri pun mulai melontarkan pertanyaan demi pertanyaan.

Siapa nama lengkapmu, berapa usiamu ,apa pekerjaan mu dan hal lainnya.

Sebelum menjawab, Hani yang sebenarnya sangat gugup , terlihat menarik nafas panjang . Ia berusaha agar sebisa mungkin tenang.

Hani pun mulai menjawab satu persatu  pertanyaan sang ibu mertua . Dan ia berhasil melakukannya dengan lancar.

Tak butuh waktu lama , Hani dan Sri dapat saling menyesuaikan satu sama lain.

Keduanya terlihat nyaman .

Di tengah-tengah obrolan, Hani merasa suasana ini begitu familiar. Hani pun teringat saat pertama kali ia dibawa bertemu ibu mendiang suaminya .

Saat itu, ia di sambut dengan penuh kehangatan . Sama seperti yang terjadi sekarang ini .

Padahal ini kali pertama mereka bertemu, tapi ia sama sekali tak merasa asing. Dan justru seperti sudah lama saling mengenal.

'' O, jadi kau sudah pernah menikah . Tapi apa yang terjadi dengan pernikahan mu ? '' Tanya Sri setelah Hani menceritakan hampir keseluruhan tentang dirinya.

Hani menarik nafas dan mengulum bibirnya sesaat. Lalu tersenyum.

'' Suamiku meninggal karena kecelakaan, Bu. Dan anakku... Dia juga meninggal karena lahir prematur . '' Nada suara Hani merendah diujung kalimatnya dengan pandangan sedikit kebawah.

Sri tatap Hani dengan penuh keprihatinan. Sri terenyuh. Sungguh malang nasib wanita yang tangannya ia pegangan ini.

Tak mau membuat Hani mengenang lebih lama kesedihan masa lalunya, Sri pun mengubah topik pembicaraan dan beralih menceritakan tentang Danu .

Sri nampak begitu bersemangat saat  menceritakan hal tersebut. Ia pun seolah di bawah pada masa itu.

Dari masa kecil hingga saat Danu mengenyam pendidikan di Singapore. Sri terdengar begitu bangga pada ambisi Danu yang ingin menjadi seorang ahli memasak.

Namun Sri menghentikan ceritanya sebelum Mila masuk kedalam hidup Danu. Sri merasa tak perlu sebeb ia tak mau Hani tersinggung .

'' Bu, Ita lapar. '' Hito tiba-tiba muncul dan duduk di samping Danu yang sejak tadi hanya menjadi pendengar sambil terus memperhatikan kedua wanita didepannya berbicara.

Sri hendak beranjak. Namun Danu mencegahnya.

'' Ibu lanjut saja ngobrolnya sama Hani. Biar aku yang masak. ''

Tentu saja Sri dengan senang hati tetap duduk. Karena memang, ia juga masih ingin ngobrol dengan Hani.

Hal yang hampir mustahil ia lakukan dengan Mila.

Bukannya Sri ingin membandingkan. Hanya saja saat bersama istri tua anaknya itu, Sri selalu merasa tak nyaman. Apalagi Mila tak banyak bicara dan juga terlihat tak betah berlama-lama saat datang berkunjung.

Hal yang bertolak belakang ia rasakan pada Hani.

Jujur saja. Ia suka Hani meski baru mengenalnya .

Seolah tak ada habis rasa ingin taunya, Sri lanjut berbicara . Hani yang terlihat sama sekali tak keberatan pun meladeninya. Sesekali ekor mata Hani melirik pada dua orang yang duduk didepannya.

'' Apa kau penasaran dengan Ita ? '' Tanya Sri yang seolah bisa menebak apa yang ada dipikiran Hani.

'' ... '' Hani memalingkan wajahnya, menatap Sri dan mengangguk.

'' Ita adalah anak asuh kami . '' Sri mengulurkan tangan pada Ita.

Si manis berkulit coklat itu tersenyum saat Hito berdiri dan menyerahkannya pada Sri. Kemudian Hito pun kembali duduk .

'' Kau pasti pernah mendengar , jika mengadopsi anak bisa dijadikan sebagai pancingan untuk pasangan yang tak kunjung dikaruniai anak ..''

Hani kembali mengangguk.

'' Tadinya Ita diambil dari panti asuhan untuk dijadikan anak angkat Danu dan Mila.

Tapi , Mila dan orang tuanya keberatan.

Yah.. Kami akui. Itu kesalahan kami. Karena kami bertindak tanpa berdiskusi dengan mereka terlebih dahulu. "

Sri menjeda ceritanya . Ia tatap gadis kecil yang duduk di pangkuannya. Jelas sekali terlihat jika Sri begitu menyayangi Ita.

" Karena Mila dan orang tuanya mengatakan tidak setuju, Ita pun hampir kami kembalikan ke pantai asuhan.

Tapi kami tak sampai hati dan akhirnya sepakat menjadikan Ita sebagai anak asuh kami bersama . '' Sri mengusap lembut mahkota lurus Ita dengan penuh kasih sayang.

Sri teringat pada Mila.

Sebenarnya, salah satu alasan Mila jarang mau datang berkunjung adalah karena keberadaan Ita dirumah ini.

Mila tak menyukai Ita. Mereka tau itu dari cara Mila menatap dingin pada Ita yang memang sangat di manja Danu.

Sri membuyarkan ingatannya dan tersenyum pada Hani.

Hani pun balas tersenyum.

Mendengar jika ternyata Ita adalah anak asuh, Hani menjadi iba.
Hani mengangkat tangannya dan meraih jemari mungil Ita . Hani tersenyum lembut sambil menggoyang-goyangkan tangannya perlahan.

Sri pun memperhatikan, menatap secara bergantian pada Ita dan Hani yang sepertinya mulai tertarik satu sama lain.

'' Sini.. Ita sama tante mau, gak ? '' Hani memberanikan diri menepuk-nepuk pangkuannya lalu mengulurkan tangan. Tanpa di duga, Ita mau menyambutnya.

Kini Ita beralih duduk dipangkuan Hani. Ita mendongak, menatap Hani yang langsung menunduk dan tersenyum.

Ita tersenyum malu-malu. Membuat Hani terenyuh.

Ia merasa dadanya seperti penuh. Rasa keibuannya yang lama tak pernah ia rasakan lagi pun mulai bangkit .

Hani terbayang akan sosok kecil yang sempat hadir walaupun cuma sesaat dalam hidupnya.

Andai saja anaknya masih hidup, dia pasti sudah sebesar Ita sekarang.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang