* * *
" Berangkat dulu , yah. Asalamualaikum. '' Pamit Hani begitu ojek online yang ia pesan datang.
'' Em. Walaikumsalam. Hati-hati dijalan. ''
Selepas Hani pergi, untuk beberapa saat Hardjono tetap ditempatnya, menatap nanar pada sosok yang telah menghilang dari pandangan.
Hatdjio lalu menghela nafas, berbalik dan masuk ke dalam rumah.
Hardjono berjalan menuju dapur dan duduk di salah satu kursi yang mengitari meja makan.
Hardjono terdiam sejenak. Kemudian membuka tudung saji, menatap opor ayam buatan Danu yang menjadi santapan makan siangnya bersama Hani barusan.
Hardjono lantas teringat ucapan Danu tadi pagi.
L" Ya, ayah. Karena hanya ayah yang bisa mewujudkannya. ''
* * *
Dirumah sakit.
Hani telah memulai aktivitasnya seperti biasa. Tak banyak bicara dan hanya fokus melakukan tugasnya.
Bagi yang tak begitu atau bahkan sama sekali tak mengenalnya , pasti akan menyebutnya perawat judes.
Tapi tidak bagi rekan dan para pekerja rumah sakit yang sudah cukup lama mengenalnya.
Memang, awal pun mereka sempat menilai demikian . Namun sekarang, setelah tau , mereka pun terbiasa dengan sikap Hani yang terkadang dinilai kelewat cuek.
Karena ternyata memang seperti itulah Hani , tertutup dan tak suka bergosip ria seperti kebanyakan para pekerja wanita lakukan ketika sedang di waktu luang ataupun di jam istirahat .
Apalagi semenjak satu-satunya orang yang diketahui sebagai sahabatnya, belakangan tak terlihat lagi akrab dengannya.
Bahkan terakhir kali, ketika ayahnya masuk rumah sakit, Hani hanya mengucapkan terima kasih dan setelah itu bersikap dingin pada Nania.
Tentu banyak yang bertanya ada apa dengan mereka. Tapi Hani hanya menjawab dengan senyuman saja. Ia jelas menyembunyikan sesuatu namun ia tak perduli.
Seperti saat ia dan Nania bertemu di ruang loker saat baru saja tiba dirumah sakit. Kebetulan mereka berdua masuk di shift yang sama.
Padahal Nania sudah menyapa sembari tersenyum dan menunjukan gelagat seolah ingin mengajaknya berbincang, tapi Hani justru membalasnya dengan senyum tipis dan berlalu begitu saja.
Mungkin terkesan jahat.
Tapi Hani tak mau dan tak bisa berpura-pura bersikap seperti biasa hanya agar terlihat seperti tak terjadi apa-apa diantara mereka.
Sebab, setiap kali bertemu dan melihat wajah Nania, hatinya selalu berdenyut, teringat ucapan Nania yang secara tak langsung menyebutnya sebagai perebut suami orang .
Meski itu tak benar dan ia merasa tak melakukannya, tapi tetap saja, Hani kecewa dan terlanjur terluka .
Hani hanya tak habis pikir, bagaimana bisa orang yang paling mengenalnya , justru tak percaya dan menghakiminya.
Yah, walaupun ia maklumi jika keadaan Nania lah yang membuatnya bersikap demikian.
Tapi sekali lagi.
Hani terlanjur kecewa dan terluka.
Dan itu membuatnya memilih tak lagi berharap akan ada yang mau mengerti tentang apa yang terjadi pada hidupnya.
Biarlah ia dinilai seperti apa oleh mereka.
'' Eh, Han. Kok bengong ? Uda dingin tu sotonya. Dari tadi gak di makan-makan. '' Seorang teman sesama perawat menegur Hani yang tengah fuduk di meja kantin .
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomanceSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...