* * *
Malam harinya.
Makan malam baru saja selesai.
Tak hanya Hani dan Sri yang terlihat sibuk membereskan peralatan makan dan bekerja sama mencucinya di wastafel, Danu dan Hito pun juga ikut membantu .
Hanya Ica yang tetap duduk sambil memperhatikan aktivitas orang di sekitarnya.
Sambil membersihkan meja, Hito juga bersenda gurau dengan Ica. Sedangkan Danu berdiri di meja kompor yang menyala , sesekali menoleh dan tersenyum melihat tingkah adik dan anak angkatnya.
Pun dengan Sri dan Hani yang juga menyaksikan dan ikut merasakan kesenangan yang terpancar jelas di wajah si gadis kecil yang tawa riangnya memenuhi seisi ruangan.
Seperti yang selalu dilakukan keluarga ini setelah makan malam.
Mereka berkumpul lagi di meja makan untuk bercengkrama sambil menikmati cemilan ringan buatan Danu.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.
' Gruduk - gruduk ' suara gemuruh terdengar saling bersahut-sahutan dan tak lama turun hujan dengan sangat deras.
Atas saran Sri, Danu yang tadinya hanya berencana berkunjung , memutuskan untuk menginap.
Dan Hani tak bisa menolak.
Selain karena ia tak keberatan dan merasa senang berada di sini, alasan lainnya adalah kejadian tadi pagi.
Ia tak mau Danu menginap dirumahnya dengan suasana yang tak nyaman .
Pun sampai dua hari ke depan ia libur bekerja. Jadi tak masalah jika ia tak pulang malam ini.
Hujan semakin deras. Angin pun bertiup semakin kencang. Susana di luar sana begtu berisik .
Mereka lantas mengakhiri obrolan dan akan tidur lebih awal.
Satu persatu beranjak masuk kedalam kamar masing-masing.
' Cklek ' Pintu kamar terbuka. Hani masuk setelah tadi Sri manggilnya ke kamar.
Danu yang memang sedang menunggu kedatangan istri mudanya itu, langsung berbalik dan tersenyum melihat Hani telah berganti pakaian milik ibunya .
'' Ibu minjemin dasternya. '' Ucap Hani yang sedikit menunduk, memperhatikan tampilannya yang mengenakan terusan bermotif batik yang belum pernah Sri pakai sebab kekecilan.
Danu berjalan mendekati Hani sembari memperhatikannya dari atas ke bawah.
Terusan berlengan pendek yang hanya sebatas lutut itu membuat Hani terlihat begitu menggoda.
Langkah Danu berhenti di hadapan Hani.
Danu melingkarkan tangan kirinya di pinggang Hani. Sementara tangan satunya terangkat untuk menaikkan wajah Hani .
Merekapun saling menatap.
Danu merapat hingga tubuh mereka tak lagi berjarak .
Ata Danu melebar, saat sesuatu yang kenyal menekan dadanya.Mulanya Danu mendekat dan mencium bibir Hani dengan lembut.
Hani membalasnya. Dan perlahan ciuman itu semakin kuat dan mulai tak terkendali.
Tak hanya saling menautkan, bibir mereka pun saling meremas bahkan saling menghisap rasa satu sama lain.
Tangan Danu yang tadinya merangkul pinggang Hani, perlahan turun dan menarik ujung daster hingga ke pangkal paha.
Mata Danu kembali melebar , senab tak menemukan apa yang menjadi tujuannya menyelinap kebawah.
Ternyata, Hani tak hanya mengganti pakaiannya saja. Tapi juga telah melepas semua dalamannya.
Danu mengukir senyum dan membawa Hani menuju ranjang.
Tepat di saat Danu telah menjatuhkan tubuh Hani diranjang dan akan menindihnya, suara ' kret - kret ' membuat apa yang hendak mereka lakukan berhenti.
'' Mas, kasur nya bunyi... '' Ucap Hani sambil menekan-nekan permukaan kasur yang menghasilkan suara ' kret - kret ' . Dan itu terdengar cukup keras.
Danu tergelak.
Ia baru ingat jika ini jugalah alasan Mila tak mau diajak menginap .
Itu karena kasur dikamar Danu memiliki suara yang khas setiap kali ada beban yang menaikinya .
Yang bukan hanya menghasilkan bunyi , tapi juga membuat tak nyaman bagi yang tidur diatasnya. Terkecuali Danu yang telah terbiasa.
Dan semua ini adalah ulah Hito .Ia memang sengaja membeli kasur murahan yang memang telah ia rencanakan untuk sang kakak . Hal itu ia lakukan semata-mata untuk mengerjai Mila agar tak betah berada dirumahnya.
Danu kembali menenggak tubuh dan mengulurkan tangan pada Hani yang menatapnya heran.
Hani menggeleng pelan dengan mimik kecewa. Karena sebenarnya bukan hanya Danu saja sedang ingin, iapun juga sama menginginkannya.
'' Mungkin malam ini kita gak usah melakukannya,Mas . Takutnya nanti berisik. Gak enak kalau sampai kedengaran Ibu atau Hito . ''
'' Memangnya kenapa kita gak usah melakukannya ? ''
'' Ya..Tapi kan tempat tidurnya kaya gini ? '' Menekan perlahan hingga suara khas itu terdengar lagi.
' Krek - krek '
Danu menghela nafas. Setengah membungkuk, ia menarik Hani dan memaksanya berdiri .
Lalu memutar tubuh Hani hingga membelakanginya.
Danu kemudian merapat hingga tubuhnya seperti menempel pada bagian belakang tubuh Hani, sambil menaikan daster yang Hani kenakan hingga batas perut .
'' Apa menurut mu, aku bisa menahannya ?
Tidak, sayang. Aku sudah tak bisa lagi menahannya. Aku menginginkan mu . Dan aku tau , kau pun juga sama.
Jadi tak ada alasan kenapa kita tak bisa melakukannya sekarang . '' Ucap Danu dengan bibir tepat di telinga Hani.Hani memejamkan mata. Suara yang terdengar seperti berbisik , serta hembusan nafas yang menerpa permukaan kulitnya, membuatnya seperti terhipnotis .
Hani pun pasrah dengan apa yang sedang Danu lakukan pada bagian tubuh bawahnya.
Sementara di luar sana dingin semakin terasa, namun tidak dengan sepasang manusia yang tengah melampiaskan hasrat birahi yang tengah meledak-ledak.
Keringat bercucuran seiring dengan penyatuan yang mereka lakukan.
Beruntung di luar begitu ribut . Curah hujan yang jatuh di atap rumah ditambah lagi angin yang kencang membuat desahan dan bunyi hentakan tersamarkan.
" Engh..Mas.. Aku capek berdiri. " Ucap Hani dengan nafas yang terengah-engah. Ia tak kuasa menahan pegal kaki sebab harus menopang berat tubuh yang tak berhenti menerima tekanan dari belakangan.
Namun Danu tak menggubrisnya dan justru mempercepat tempo maju mundur pinggulnya .
Danu yang merasa akan sampai di puncaknya, mencengkram erat pinggul Hani dan ia tekan sedalam-dalamnya dengan kuat.
" Tahan sebentar, sayang. Ak-aku uda mau keluar.." Ucap Danu yang diakhiri dengan desahan panjang yang tertahankan.
Gerakan Danu berhenti . Danu menarik diri dengan perlahan dan membalikkan tubuh Hani menghadapinya.
Lalu ia dekap tubuh Hani yang entah sejak kapan sudah polos , sama sepertinya.
" Aku mencintaimu . " Danu mengecup kening Hani dengan penuh perasaan.
Hani bergeming. Ia tatap Danu yang kembali mengucapkan kalimat yang sama dengan perasaan yang sulit di jabarkan.
Dia bilang apa ? Mencintaiku ? Apakah aku tak salah dengar ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomanceSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...