Hal yang tak penting

653 17 0
                                    

* * *

   Hani menghela nafas, melihat jam yang tertera di layar ponsel yang menujukan pukul 5 pagi.

    Padahal ia bermaksud tidur sampai siang, mumpung hari ini ia libur. Tapi ternyata tak bisa.

   Mungkin karena sudah terbiasa bangun awal, atau mungkin karena ia yang tak dapat tidur nyenyak di tempat asing.

   Hani memejamkan matanya, berharap bisa kembali terlelap. Namun tak bisa .

   Hani putuskan beranjak dari kasur berukuran 160 x 200 yang ukurannya sama seperti kasur tempat tidurnya di rumah dan berjalan ke arah jendela yang tertutup tirai .

  Hani menyibaknya ,lalu termangu, menatap pemandangan redup .

  " Hujan " Gumamnya sambil meniti suasana lembab di luar sana.

    Bukankah belakang ini langit terlalu sering membasahi bumi ? Membuat kebanyakan orang malas untuk beraktivitas terutama diluar ruangan. Sama seperti yang tengah Hani rasakan saat ini. Rasanya ia tak mau kemana-mana dan ingin tetap disini saja.

* * *

   " Hani, aku sudah menyuruh seseorang untuk menjemputmu. Mungkin sebentar lagi dia akan sampai. Jadi, kau siap-siap saja. "  Pesan dari Mila yang masuk beberapa menit lalu dan langsung dibalas Hani " Iya ".

    Tak lama setelah menyelesaikan sarapan yang diantar ke kamarnya ,terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar.

   Hani bergegas membuka pintu. Di dapatinya seorang lelaki paruh baya yang langsung menyapa dan mengaku sebagai orang yang disuruh Mila untuk menjemputnya.

    Hani bergegas, mengambil tas dan koper yang memang telah ia persiapkan, kemudian pergi meninggalkan hotel .

   Di perjalanan menuju tempat tinggal barunya, Hani terlihat gugup sebab membayangkan akan seperti apa kehidupannya nanti.

   Beberapa kali ia terlihat membenarkan posisi duduk dan memalingkan pandangannya ke sembarang arah.

  Isi kepalanya seperti penuh dengan sejuta hal, membuatnya tak sempat berpikir apalagi untuk menghitung berapa lama perjalanan .

   Hingga ia tersentak saat mobil yang membawanya berhenti. Menandakan jika ia telah sampai ditempat tujuan.

   " Selamat datang , Hani ." Sambut Mila di muka pintu.

    Mila merentangkan tangan yang langsung di mengerti oleh Hani. Kedua wanita yang bersuamikan satu orang ini saling berpelukan.

   Dengan ramahnya, Mila mempersilahkan Hani masuk dan menuntunnya ke ruangan yang berada tepat di sisi tangga.

   Mila menjelaskan jika ruangan ini adalah kamarnya. Setelah meletakkan tas dan koper berisi barang bawaannya, Mila mengajak Hani berkeliling .

   Mila yang berada satu langkah didepan Hani , nampak begitu antusias, menyebutkan setiap ruangan yang ada di rumahnya ini.

    Hani hanya mengangguk dan mengikuti saja kemana Mila mengajaknya menelusuri rumah.

    Selain garasi, teras, ruang tamu, dapur, ruang makan dan ruang keluarga, tak lupa Mila menjelaskan jika rumah berlantai dua ini memiliki empat kamar.

    Dua kamar berada dilantai utama, yakin kamar pembantu yang berada di bagian paling belakang dan kamar kini menjadi kamar Hani . Dan dua kamar lainnya ada di lantai dua. Kamar utama yang ditempati Mila bersama Danu, dan satu lagi kamar kosong. Mila mengatakan jika kamar tersebut rencananya untuk anak mereka nanti.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang