Kelihatan senang

410 14 2
                                    

Kok gak ada yang mau komen, sih...😑

* * *

Seperti biasa, Hani tak langsung pulang ke rumah .

Ia lebih dulu singgah ke pemakaman untuk mengunjungi makam anaknya.

Tapi ia hanya sebentar. Sebab tak mau Danu menunggu terlalu lama di rumahnya.

Ia takut semakin banyak yang melihat dan mengetahui tentang Danu, maka akan menimbulkan lebih banyak rasa penasaran dan pertanyaan dari para tetangga yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya.

Ia tak mau jadi bahan pembicaraan nantinya.

Dari kejauhan, Hani melihat dan sudah bisa mengenali mobil yang terparkir dihalaman depan rumahnya.

Bergegas Hani turun usai memasukkan kendaraannya di garasi .

Hani masuk kedalam rumah sambil mengucapkan salam.

" Lo, kok sepi ? " Hani celingukan saat mendapati keadaan rumah yang sunyi.

Dan ternyata hanya ada Danu seorang yang berada di rumahnya.

Hani lantas bertanya dan Danu pun menjelaskan jika kedua orang tuanya baru saja berangkat untuk menghadiri acara syukuran seorang kerabat.

Sedangkan Rara belum pulang .

'' Am. Kalau gitu Mas tunggu sebentar di sini. Aku mandi dulu. '' Hani yang bermaksud ke kamar , terhalang Danu yang sengaja menghadangnya.

Danu maju, Hani mundur.

Danu maju lagi dan sebelum Hani kembali mundur,ia dengan cepat mencengkram pinggang Hani dan menariknya .

'' Mas.. ''Hani mencoba melepaskan diri .

Namun ia kalah tenaga. Cengkraman Danu terasa semakin erat hingga tubuh mereka menempel tanpa sela.

Danu mencondongkan tubuhnya dan mendaratkan bibirnya di bibir Hani.

Hani ingin menolak.

Tapi apa daya,ia tak kuasa. Ia yang tadinya berniat menghindar, justru dengan mudah kalah oleh keinginan tubuhnya dan hanya sekejap mata, ia hasratnya bangkit.

'' Ahhhh..Mhass... '' Tak sadar, Hani mendesah ketika sapuan bibir Danu turun ke leher.

Danu tersenyum penuh kemenangan.

Ia senang karena telah berhasil menaikan gairah lawannya. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, kedua tangan Danu pun mulai beraksi.

Satu persatu kancing seragam Hani ia buka hingga terlepas semua.

Ekor matanya bergerak ke bawah .

Senyumnya merekah sempurna saat apa yang selama ini selalu terbungkus baju si pemiliknya, terpampang di depan mata.

Tangannya pun semakin tak terkendali.

Ia seret jemarinya , menyentuh dan menjelajahi setiap permukaan kulit Hani .

Hani kembali mengeluarkan desahan, ketika kedua telapak tangan Danu meremas lembut kedua bukit kembarnya yang masih terbungkus bra berwarna hitam .

Danu menaikan wajahnya sejajar dengan wajah Hani. Ia cium setiap sudut wajah yang hampir tak dipoles apapun itu.

Sedangkan tangannya tak berhenti menggerayangi tubuh Hani.

Jemarinya pun terus merayap kemana-mana, lalu berhenti di area paling sensitif .

Danu pun semakin bersemangat. Ia mainkan telunjuknya, menekan-nekannya dari balik celana yang Hani kenakan .

Sontak mata Hani melebar.

Ia tak sanggup lagi menolak apalagi mencoba menahan dan justru mencengkram erat pundak Danu .

" Mhasss.. " Desis Hani, pasrah .

Namun tiba-tiba saja, suara tak asing terdengar dari luar rumah. Yang membuat Danu seketika berhenti.

Rara pulang.

Hani tersadar. Ia panik dan spontan menutupi dadanya yang terbuka dengan kedua tangannya. Lalu bergegas masuk ke kamar.

Danu yang melihat tingkahnya pun tertawa . Meski ia menyayangkan kehadiran Rara yang membuat hal yang ia inginkan, gagal terjadi.

Beberapa saat kemudian.

'' Mbak mau ke mana ? '' Tanya Rara saat melihat Hani keluar dari kamar dengan tampilan rapi.

Hani hanya menatap sekilas pada Rara yang memasang tampang penasaran.

Hani menarik nafas. Ia agak bingung.

Memang setiap kali ia akan keluar, ia selalu mengatakan pada orang rumah kemana ia akan pergi.

Tapi untuk kali ini, ia tak tau harus menjawab apa sebab ia pun belum tau Danu akan membawanya ke mana.

Mengenakan wrap blus bermotif garis-garis biru muda tanpa lengan dan dipadu dengan celana hitam yang menggantung di atas mata kaki, Hani nampak berbeda dari biasanya.

Ditambah lagi, Hani merias wajah yang di kesehariannya selalu tampil natural. Hani juga mengikat separuh rambut hitamnya.

Danu yang tadi tengah menatap layar ponsel, seketika menjadi lupa pada apa yang hendak ia lakukan, dan justru memasukkan ponsel kedalam sakunya.

Padahal , seharusnya ia membalas pesan dari Mila yang sejak tadi terus menghubunginya.

Ya, Danu memang sengaja tak mengangkatnya , sebab tak ingin kesempatan bersama Hani terganggu.

Pun ia juga tak mau jika nanti Mila curiga apalagi sampai mengetahui jika saat ini ia tengah bersama Hani.

Mila pasti akan terluka dan menangis lagi, jika tau ia telah melanggar jadwal yang di buat dan yang telah ia putuskan kemarin. Yang mana seharusnya, semingguan ini ia bersama Mila.

Danu memilih untuk bersikap egois. Ia abaikan panggilan dan pesan dari Mila . Bahkan jika bisa, ia pun ingin melupakan semua hal tentang Mila.

Karena saat ini, ia hanya ingin menikmati apa yang ada didepannya.

Ia ingin bersama Hani.

Danu berdecak kagum dalam hati . Ia tersenyum sambil terus memperhatikan penampilan Hani yang baru pertama kali ia lihat ini. Hani terlihat sangat cantik, menarik dan menggoda.

Lalu sesuatu melintas di kepalanya.

Ia yang tadinya hanya berniat mengajak Hani melihat rumah yang akan disewakan , lalu setelah itu mereka akan ke sebuah restoran untuk makan malam perdana, kini bertambah satu lagi agenda yang akan ia lakukan .

" akan kubuat kau mendesah semalaman. "

'' Em, Mas . Kita pergi sekarang, ya. Biar pulangnya gak terlalu malam. ''

Danu mengangguk dan mengambil langkah. Tapi bukan ke arah pintu keluar, melainkan berjalan untuk menghampiri Rara.

'' Ra. ''

'' I-Iya . ''

'' Tolong nanti sampaikan ke bapak sama ibu, Mbakmu pergi kencan sama suaminya.

Daaann.. Sepertinya kami akan pulang terlambat. Atau..mungkin juga gak pulang . ''

Danu melirik Hani dan mengulum senyum, mendapati sang istri menatapnya penuh curiga.

Ia tak sabar ingin melihat seperti apa reaksi Hani saat tau akan ia bawa kemana nanti.

" A- Iya.. Nanti pasti Rara sampaikan ke bapak sama Ibu.

Dah .. Embak.. Dah, Kak Danu..
Hati-hati di jalan.. "

Rara tersenyum sambil melambai saat Hani dan Danu masuk kedalam mobil .

Hingga mobil mulai jalan dan hilang dari pandangannya, Rara masih berdiri di depan pintu masuk rumahnya.

Senyumnya berangsur-angsur memudar.

Rara terpaku. Masi menatap ke arah perginya mobil yang membawa kakak dan kakak iparnya.

" Apa hanya perasaan ku saja atau...
Tapi sepertinya mereka terlihat senang.. "

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang