Tergantung hasilnya

262 9 0
                                    

* * *

" Kamu ... Kamu kapan pulang ? '' Tanya Hardjono dalam sambung telpon.

'' Em. Belum tau, yah..'' Jawab Hani dengan kepala tertunduk.

Ayahnya pasti mengkhawatirkannya dan itu membuat Hani merasa tak nyaman dan merasa bersalah.

'' Baiklah . Kau selesaikan saja urusanmu dengannya. Ayah tutup ,ya. Ayah mau istirahat.''

" Em. Iya, yah . ''

' Tut ' Panggilan berakhir. Hani menghela nafas. Sudah seminggu semenjak ia pergi dan ia sama sekali tak pernah pulang untuk melihat keadaan ayahnya.

Bukannya Hani tak khawatir, tapi ia berpikir , toh ' ada ibu tirinya dan Rara yang menemani ayahnya dirumah. Jadi tak masalah untuk sementara ia tak pulang.

Pun setiap hari ia tak pernah absen menelpon untuk menanyakan keadaannya ayahnya. Seperti yang baru saja ia lakukan.

Namun entah mengapa , setiap kali selesai berbicara dengan ayahnya, hati Hani merasa tak tenang.

Terlebih lagi, baik Lastri maupun Rara, tak satupun dari mereka yang mengangkat telpon ketika ia hubungi. Bahkan pesan yang ia kirim pun tak pernah di balas.

'' Sayang. '' Sentuhan lembut di pundak mengagetkannya.

Hani menoleh kebelakang. Ia tersenyum mendapati Danu yang juga tersenyum sambil melingkarkan tangan di pinggangnya. Danu memeluknya dari belakang.

'' Habis telponan sama ayah, ya ? '' Danu mendaratkan kecupan di pipi Hani.

'' Hek-em. '' Hani mengangguk. Lalu terdiam.

'' Sayang ? '' Danu melepas pelukannya , memegang pinggang Hani dan memutarnya. Tubuh Hani pun berbalik menghadapnya.

'' Ada apa ? '' Tanya Danu lembut sambil membelai pipi Hani.

'' Aku mau pulang. ''

Danu mengangguk. Ia paham. Hani sudah memberitahu kegundahannya akan keadaan sang ayah . Hani pasti sangat mengkhawatirkan ayahnya. Hal yang wajar terjadi pada setiap hubungan darah .

'' Besok setelah pulang kerja, aku antar kamu ke rumah. ''

'' ... ''

'' Kok masih diam ? ''

'' Apa setelah itu.. Kita... ''

Kini Danu yang terdiam. Ia tarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Raut wajahnya yang tadi teduh , kini berubah datar.

'' Sayang.. ''

'' Sayang dengar. Aku belum menceraikan mu dan itu berarti kau masih istriku. Jadi, kau akan tetap bersamaku .
Aku hanya mengantarmu untuk melihat keadaan ayahmu. Lalu setelah itu kita akan kembali kesini . Karena selama aku belum menceraikan mu, itu berarti kau harus tinggal bersama ku disini. ''

''... ''

'' Kenapa ? Apa kau tak mau ? ''

Hani tersenyum dan menggeleng. Namun sesaat kemudian, ia kembali terdiam dan menatap Danu dengan ekspresi yang sulit diartikan.

'' Kenapa ? Ada apa lagi ? '' Tanya Danu heran sebab tersirat hal lain dari sorot mata Hani.

'' Aku baru ingat. Kalau aku uda telat. ''

'' Hah ? Mak-maksudnya telat ? ''

'' Aku terlambat datang bulan.
Biasanya aku selalu dapat ditanggal yang sama. Kalaupun berubah, paling maju atau mundur, satu - dua hari. Tapi ini sudah lima hari. ''

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang