Cuma aku

617 18 0
                                    


* * *

Mila lunglai dan jatuh terduduk di lantai. Ia tertunduk, menatap pada kertas di remas jemarinya dengan air mata yang bercucuran.

'' Tega, kamu Mas.. "  Ucapnya dengan bibir bergetar.

Mila mendongak. Danu memalingkan wajah.

Mila terisak dengan mata terpejam. Sakit. Diantara rasa sakit yang pernah sang suami toreh, ini yang paling menyakitkan.

Mila membuka mata dan menarik nafas.

" Padahal aku pulang demi kamu ! Demi untuk memperbaiki rumah tangga kita !
Aku bahkan sampai menentang orang tuaku yang gak ngijinin aku pulang .

Tapi apa yang kudapat ? " Masih berucap dengan bibir bergetar dan air mata yang terus mengalir .

Danu enggan menoleh dan terlihat menghempas nafasnya.

" Jahat kamu, Mas !
Gimana bisa kamu lakukan ini ke aku ?! Memangnya apa salahku ?!
Apa kurangnya aku selama ini ke kamu ?! ''

" Cukup Mila ! "

" Enggak, Mas ! Aku gak akan berhenti karena aku mau jawaban dan aku akan terus bertanya. Jadi jawab aku, Mas!Jawab !!!

Apa salah ku !? Dimana letak kekuranganku!? "

'' Bukan kamu yang salah, Mila. Aku lah yang terlalu bodoh karena selama ini selalu bersikap acuh dan membiarkan keadaan kita jadi sampai seperti ini. ''

Mila berdiri, beradu tatap dengan Danu yang langsung mengarahkan penglihatannya ke bawah.

'' Pembohong ! Gak usah munafik kamu Mas ! Bilang aja kamu menceraikan aku supaya kamu bisa bersama pelakor itu ! ''

'' Jangan bawa-bawa Hani dalam masalah kita, Mila. Dia sama sekali gak ada hubungannya dengan ini !''

" Kenapa gak ada hubungannya ? Sudah jelas-jelas dia yang menyebabkan Mas menceraikan ku.
Iya, kan !?  ''

Danu mengembalikan posisi pandangannya ke depan. Menatap Mila dengan sorot yang mengisyaratkan ia tak suka Hani dikatakan demikian.

'' Aku rasa kamu lupa bagaimana dia bisa ada di antara kita ? Ingat ,Mila ! Kamu sendiri yang membawanya masuk dalam kehidupan kita ! ''

'' ... '' Mila menelan ludah dengan kasar sambil menghapus air mata yang membasahi kedua pipinya.

Lalu ia dekati Danu, hingga hampir tak berjarak diantara mereka.

" Memang benar aku yang membawanya masuk dalam rumah tangga kita. Tapi Mas pun tau kalau tujuan Mas menikahi dia adalah untuk menguji normal atau tidaknya Mas sebagai laki - laki.

Jadi bukan aku yang lupa !
Tapi Mas yang lupa kalau dia gak lebih dari sekedar alat. "

Danu menggeleng samar. Ia akui agak terkejut. Tapi mengingat jika Mila adalah anak seorang Arbowo yang terkenal akan keangkuhannya , Danu pun tak heran melihat sisi Mila yang baru pertama kali ia hadapi saat ini.

Danu menarik nafas panjang dan berusaha agar tak terprovokasi. Ia tak mau bertengkar apalagi sampai ikut terbawa emosi seperti yang terlihat dari ekspresi Mila.

Danu mengubah air mukanya menjadi lebih tenang dan meletakkan kedua tangan dipundak Mila.

Ia tatap Mila .

'' Sadarlah, Mila.
Sudah terlalu lama, bahkan sebenarnya sudah sejak awal ,rumah tangga kita memang bermasalah.

Dan mungkin, seharusnya kita memang tidak pernah menikah.'' Danu coba memberi pengertian dengan nada lembut. Berharap bisa sedikit melunakkan kerasanya pendirian Mila.

Tapi Danu salah. Mila bukan seseorang yang mudah dibujuk jika sudah marah. Karena ia memiliki sifat yang persis sama seperti ayahnya.

Mila tersenyum sinis, masih dengan kedua mata yang tak berhenti mengeluarkan air mata.

'' Apa Mas mau bilang kalau Mas menyesal menikahiku ? "

" ... "

" Huh ' . " Mila tersenyum kecut.
Ia merasakan sakit yang teramat sakit . Dan itu membuat air matanya mengalir semakin deras.

" Mila dengar -"

" ENGGAK !!!
Mas yang dengarkan aku ! " Mila melotot, pertanda ia benar-benar marah.

" ... "

" Mas menyuruh ku sadar ?
Tapi sebelum itu, apa Mas gak mikir ?

Selama ini Mas hidup nyaman dan selalu mengenakan barang mewah . Itu berasal dari mana kalau bukan dariku, Hah?! ''

Danu menarik nafas panjang.

Kini ia sudah diambang batas kesabaran. Tak ada gunanya bicara dengan Mila yang sudah kuasai emosi dan telah kehilangan akal sehatnya .

Jadi percuma saja, sekalipun mulutnya berbuih membujuk dan memberi pengertian , ia yakin Mila tak akan perduli.

Danu pun memilih diam. Lalu terlihat mulai melepaskan satu persatu benda yang melekat di tubuhnya.

Jam tangan seharga puluhan juta, hadiah ulang tahun dari Mila yang selalu ia kenakan sebagai bentuk menghargai , ia lepas dan ia lemparkan ke atas ranjang.

Disusul kemudian kunci mobil yang merupakan hadiah dari orang tua Mila, pun Danu lemparkan ke tempat yang sama.

Tak hanya itu, Danu juga menarik dompet dari saku belakangnya dan mengeluarkan semua kartu yang tersusun didalamnya.

Terakhir, Danu melepas cincin polos berlapis emas murni yang telah lima tahun melingkar di jari manisnya dan ia lemparkan juga ke mana tadi ia melemparkan semua barang-barang yang telah ia lepas sebelumnya.

Hanya ponsel saja yang tak turut ia lepaskan. Tapi bukan ia ingin mengambilnya.

Benda yang harganya tak kalah mahal itu akan ia berikan setelah ia memindahkan isinya .

Karena memang ada banyak hal yang tersimpan didalamnya .

Mila tersenyum sinis. Menatap remeh pada lelaki yang tengah melucuti benda-benda pemberiannya.

'' Mas yakin , dengan keadaan Mas yang gak punya apa-apa , Hani masih mau sama Mas ?''

Danu tak perduli. Ia memilih mengabaikan perkataan Mila dan beranjak.

Tapi Mila masih tak mau menyerah. Ia ikuti Danu keluar kamar , menuruni tangga hingga Danu berhenti di depan pintu rumah.

" Mas.. " Mila berusaha menggapai, namun Danu yang sadar akan hal itu segera menepis tangannya.

" Mas.. Mas gak bisa ninggalin aku kaya gini.. " Mila memelas.

Namun Danu tetap mengacuhkannya dan justru sibuk dengan ponselnya. Tak sampai sepuluh menit, terdengar suara mesin motor berhenti didepan rumah.

Begegas Danu keluar setelah si pengendara mengklakson , pertanda gojek online yang ia pesan telah tiba.

" MAS ! " Bentak Mila membuat Danu terkejut dan menoleh.

" Jangan pergi, Mas. Kumohon.. Hiks.. Jangan tinggalkan aku. " Mila meraih, menggengam erat jemari Danu dan mengecup punggungnya.

Danu yang telah bulat dengan keputusannya untuk pergi, menarik tangannya dan berhasil melepaskan diri.

" Dasar kamu laki-laki gak tau diuntung , Mas ! Lihat aja nanti ! Berapa lama kamu sanggup tanpa aku.

Dan asal kamu tau dan ingat aja ini baik-baik, Mas !
Cuma aku Mas ! Cuma aku, wanita yang mau terima laki-laki mandul kaya kamu ! "

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang