Aku tidak madul

563 10 0
                                    


* * *

Hani tertunduk, menghindari tatapan Danu yang menunggu tanggapannya.

Entahlah. Hani tak tau harus bagaimana.

Tapi yang pasti , ia tak bisa percaya begitu saja dengan apa yang barusan Danu katakan .

Karena rasanya memang tak mungkin. Atau bahkan mustahil .

Mereka baru saja kenal dan juga belum saling mengetahui satu sama lain. Dan Danu sudah mengatakan cinta padanya.

Tidak. Ini tidak masuk akal. Hani sanksi.

Danu tak mungkin mencintainya. Tak ada alasan untuk itu. Ini pasti karena sentuhan fisik yang telah mereka lakukan. Ya, benar. Danu pasti salah mengartikan ketertarikan seksual sebagai cinta.

Ya, pasti begitu.

Beberapa saat kemudian.

Lelah setelah bercinta , Hani dan Danu pun terlelap. Namun tiba-tiba Hani bangun sebab teringat jika ia telah melupakan sesuatu.

Hani bangun dengan sangat perlahan, berusaha agar tak menimbulkan suara. Tapi tetap saja, saat kasur diberi tekanan, suara khas itu terdengar lagi.

" Ck . " Hani berdecak kesal.

Danu yang tak ia harapkan bangun , menyadari pergerakannya dan membuka mata.

" Kamu mau ke mana? "

'' A-aku haus, Mas. ''

'' Em... '' Danu memejamkan matanya sesaat dan membukanya kembali. Lalu setelah itu ia beranjak dari tempat tidur.

'' Biar aku saja yang keluar ambil minum Kamu tunggu aja disini . ''

Begitu Danu menghilang dari balik pintu, Hani pun bergegas turun dari ranjang dan berjalan ke tempat di mana ia menggantung tasnya di gantungan yang menempel di pintu kamar.

Hani merogoh isinya, mengeluarkan pil kontrasepsi dan mineral botol ukuran mini yang memang telah ia persiapkan sebelum pergi tadi.

Kedua barang tersebut seolah wajib dan selalu ia bawa untuk berjaga - jaga ketika pergi bersama Danu.

Hani kemudian kembali keranjang dan duduk. Tapi bukannya segera meminum pil KB nya , Hani justru tak sadar di bawa pikiran dan jadi termenung.

'' Sayang .. '' Danu masuk sambil membawa segelas air putih.

Sontak Hani yang tengah melamun pun terkejut .

Setelah menyadari Danu mengamati apa yang ada di pegangannya, barulah Hani sadar jika ia belum meminum obat pencegahan kehamilannya.

Danu duduk di samping Hani. Ia perhatian wajah Hani sesaat lalu turun pada dua benda dan mengambilnya.

Dahi Danu mengkerut melihat botol mineral. Lalu semakin berlipat ketika bola matanya mengamati kepingan berisi butiran kecil yang sudah kehilangan satu.

Danu menghela nafas dan mengembalikannya pada Hani.

'' Kau takut hamil atau tak mau hamil anakku ? '' Tanyanya dengan ekspresi datar.

Hani bergeming. Ia memang tak bisa lagi memungkiri perasannya pada Danu. Ia  telah tidur dan itu ia lakukan dengan rela .

Tapi soal anak, ia sama sekali tak yakin. Bukannya ia tak mau. Hanya saja status dan hubungannya dengan Danu yang tak memungkinkan untuk memiliki anak. Hani tak mau ada anak padahal statusnya saja belum jelas.

Melihat Hani bungkam, Danu menghela nafas lagi. Ia ambil mineral dan pil kontrasepsi dari tangan Hani dan meletakkannya di atas ranjang.

LTermasuk juga gelas yang ia bawa . Ia taruh dibawah sisi kakinya.

Danu menggengam kedua tangan Hani dan tersenyum.

'' Kau tak perlu khawatir .. Saat ini aku tak akan bisa menghamilimu . "Ucap Danu yang setelah itu mengecup singkat bibir Hani .

'' Mas mandul ? ''

Danu kembali tersenyum dan menggeleng.

'' Aku tidak mandul, Hani.
Aku hanya belum ingin punya anak. ''

'' ... ? '' Ekspresi Hani menggambarkan rasa penasaran sekaligus heran .

Ia memang tak tau apa yang membuat Danu dan Mila tak kunjung dikaruniai anak setelah lima tahun menikah.

Tadinya ia menebak, jika bukan karena Danu yang memiliki masalah pada kesuburannya, itu berarti masalahnya ada pada Mila.

Namun sepertinya dugaannya salah.

Kadi, apa maksud pernyataan Danu ' aku tidak madul Dan belum siap punya anak ' ?

'' Aku tau. Selama ini kau pasti bertanya-tanya , mengapa aku dan Mila belum punya anak.

Dan aku juga yakin,kau pasti sangat ingin tau.. Mengapa aku dan Mila sampai menghadirkan mu dalam rumah tangga kami ? '' Danu menatap dalam-dalam sepasang manik Hani .

Hatinya berdebar. Teringat saat pertama kali ia merasakannya. Dan sensasi itu kembali terjadi dan selalu ia rasakan setiap kali ia bertatapan dengan Hani.

Danu tak tahan . Ia pun mendekat dan kembali mendaratkan bibirnya di bibir Hani. Tapi tak sekedar menempelkannya saja, ia melumat , memaksa agar mulut Hani terbuka dan mempermainkan lidahnya didalam sana.

Dengan rakus, Danu mengecap rasa dan bertukar cairan kental miliknya dan milik Hani.

Nafas Hani terengah-engah. Ia kesulitan mengimbangi Danu semakin liar. Bahkan tangannya telah menyusup masuk ke bawah.

'' Mas... '' Hani menarik diri dan menekan dada Danu untuk melepaskan tautan bibir mereka.

Hani mendapati Danu menatapnya dengan sorot lapar . Dan benar saja.
Sebagaimana orang yang tengah kelaparan, Danu pun kembali mendekat dan menciumnya lagi.

Hani tak berkutik . Ia tak mampu menahan tenaga Danu yang menjadi lebih kuat sering dengan dorongan birahinya yang kian naik.

Apalagi saat jemari Danu sudah berhasil sampai dan mulai bermain di bagian paling sensitifnya.

Hani tak berdaya dibuatnya. Ia tak dapat menolak dan memilih pasrah .

Hani pun terbuai dan menikmatinya.

Tak berselang lama, Hani merasa sebuah dorongan mulai mendesaknya. Dan semakin terasa kuat hingga tak sadar ia memejamkan matanya sambil memegang kuat lengan Danu . Ia lakukan bukan agar di lepaskan, tapi sebagai bentuk pelampiasan karena akan mencapai klimaksnya.

'' Mas.. Aku gak mau kalau berdiri lagi. '' Ucap Hani setelah Danu menarik jemarinya dan bersiap untuk melanjutkannya.

'' Lalu kau mau bagaimana ? Di tempat tidur ?
Apa kau tak masalah dengan suara berisiknya ? ''

Hani berpikir sejenak lalu bangkit.
Ia ambil selimut dan ia gelar di lantai. Pun dengan semua bantal yang ada diatas tempat tidur, turut ia jatuhkan juga.

Dan merekapun melakukannya lagi.

Beberapa saat setelah sesi bercumbu selesai.
Suasana tak lagi berisik. Sepertinya hujan sudah berhenti . Begitu pula dengan Hani dan Danu yang telah selesai dengan ronde kedua.

Mereka berbaring dengan saling berhadapan sambil mengatur nafas yang perlahan mulai kembali normal.

" Mas "

" Em ? "

" Mas tadi belum selesai bicara.
Mas bilang , ada alasan mengapa Mas memutuskan untuk berpoligami.
Jujur...Aku sebenarnya sangat penasaran, Mas. Jadi , apa Mas akan memberitahuku atau tidak ? "

Danu menarik nafas panjang. Ia merasa inilah waktunya untuk jujur dan menceritakan semuanya pada Hani. Alasan mengapa Mila memintanya menikah lagi dan kenapa ia dan Mila belum juga di anugerahi momongan .

Tapi sebelum memberitahu semua itu, Danu lebih dulu mengecup kening Hani seraya menaikan alas kasur yang kini beralih fungsi menjadi selimut untuk menutupi tubuh telanjang mereka berdua.

Dan sekali lagi Danu menarik nafas panjang seraya mengeratkan pelukannya , lalu ia pun mulai mengatakan tentang apa yang selama ini ia sembunyikan dari semua orang.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang