Tak akan tinggal diam

317 10 0
                                    

* * *

Hani teringat.

Menjelang hari pernikahannya dengan almarhum suaminya dulu, Nania pernah mengatakan sesuatu yang begitu berkesan hingga terpatri dalam ingatannya.

 '' Dalam suatu hubungan, khususnya ketika sudah menikah, yang namanya pertengkaran itu adalah hal yang sangat wajar dan pasti terjadi.

 Ketika sedang menghadapi masalah atau sedang bertengkar itulah, kita bisa tau seperti apa sosok pasangan kita yang sebenarnya.

Setiap pertengkaran pasti menuntut ego masing-masing

Dan disitulah hubungan diuji.

Jika kedua belah pihak saling ngotot dan merasa paling benar, maka yang akan terjadi adalah pertengkaran yang tak berkesudahan.

Bahkan bisa saja berakhir dengan perpisahan.

Oleh sebab itu, saat menghadapi pertengkaran, salah satu pihak yang sedang menjadi api , maka sebaiknya pihak satunya menjadi air.

Dan begitu seterusnya.

Mungkin cara ini tidak bisa di gunakan pada setiap pasangan. Karena memang, semua itu tergantung pada situasi dan kondisi .

 Teruntuk mu, Hani. Aku hanya ingin mengatakan, akhir dalam memperjuangkan cinta itu bukan pernikahan.

 Menikah adalah awalnya , dan perjuangan itu tak akan pernah ada ujung nya.

Karena sejatinya, tak ada pernikahan yang selalu berjalan mulus ataupun seperti yang di bayangkan sebelum menikah.

 Yang namanya pernikahan,  pasti akan ada banyak warna dan cerita berbeda ,yang mungkin juga tak sama dengan pernikahan satu dengan yang lainnya.

Jangan jadikan kebahagiaan rumah tangga orang lain patokan. Karena belum tentu bisa menjadi contoh yang kita ikuti.

Fokus saja pada diri sendiri dan lakukanlah yang terbaik, yang bisa kau lakukan. ''

Hani terdiam, terkenang orang yang mengucapkan itu, ia jadi rindu masa-masa yang telah banyak ia habiskan bersama Nania.

Hani akui jika sahabatnya itu merupakan sosok dan pribadi yang baik. Dan ia. kagum. Hanya nasibnya saja yang kurang baik.

****************

'' Kamu ketawa ? Memangnya ada yang lucu ? '' Tanya Danu heran.

Melihat ekspresi Danu yang baru pertama kali ia lihat, Hani kembali tertawa.

'' Sayang ! Aku serius. Aku benar-benar sedang marah . "

Hani mengulum bibirnya , manggut-manggut , menahan tawa.

Namun percuma. Tawanya lepas lagi. Ia lantas tertunduk sambil mendekat dan membenam wajahnya di dada Danu.

'' Maaf. '' Ucapnya sambil melingkarkan tangan di pinggang Danu.

Tawa Hani perlahan reda. Kepalanya ia sampingkan, telinganya tepat menempel di dada sang suami.

Dapat ia rasakan nafas Danu berpacu cepat dan Dada Danu yang naik turun tak normal.

Hani tersenyum.

Namun tiba-tiba saja, Danu memegang kedua tangannya dan menariknya hingga lepas.

Danu mundur selangkah dan menatap Hani.

'' Heeee - kkkk - emm. '' Sebuah deheman panjang dan cukup keras membuat keduanya sontak menoleh.

'' Apa yang sedang kalian lakukan disini ? Ini sudah malam. Sebaiknya kalian masuk ke kamar. ''

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang