Apa mungkin

564 9 0
                                    

* * *

'' Emm~mm...'' Mata terpejam, tubuh berputar, kedua kaki pun bergerak dengan sendirinya, seolah ada yang mengambil alih kendali dirinya.

Rara berjalan mengikuti aroma khas masakan yang berasal dari dapur.

'' Eh ! '' Rara tersentak dan sontak langkahnya pun berhenti.

Tadinya ia pikir kakak atau ibunya lah si pembuat aroma sedap yang begitu menggoda ini.

Tapi ternyata bukan.

Rara terkejut melihat Danu berdiri di depan meja kompor.

Lalu tiba-tiba saja Danu berbalik.

Sontak Rata pun kembali tersentak.

Melihat Rara berdiri dengan wajah kebingungan, Danu pun tersenyum.

Rara pasti merasa tak nyaman untuk mendekat apalagi menghampirinya. Pikir Danu.

'' Kau lapar ? '' Tanya Danu yang bisa menebak isi pikiran Rara. Memangnya apalagi tujuan seseorang datang ke dapur jika bukan untuk makan ataupun minum ?

Danu lantas, mengambil piring, menaruh mi goreng putih hasil buatannya dan meletakkannya di atas meja makan.

'' Duduk dan cobalah. '' Tawar Danu.

Setengah yakin, Rara pun melangkah, duduk di kursi yang berhadapan dengan piring berisi makanan yang begitu menggugah selera.

" Makasih, Kak. " Ucap Rara pelan dan sempat menatap kakak iparnya sekilas.

" Hem. Makanlah. " Danu mengangguk.

Rara menatap makanan dihadapannya sambil menenggak ludah. Tak tahan lagi, ia pun mengambil garpu dan mulai melahapnya.

" Enaknyaaaa.... " Rara tanpa sadar berucap dengan polosnya, sampai memejamkan mata saat suapan pertama masuk kedalam mulutnya.

Danu tersenyum senang mendengarnya.
Ia perhatikan Rara yang terlihat begitu menikmati olahan mi telur yang ia racik bersama bumbu dan aneka bahan tambahan lainnya.

Dan hanya berselang beberapa detik saja, hampir separuh telah berpindah ke gadis yang tengah menginjak usia dewasa itu.

Rara yang lidahnya tengah terbuai oleh masakan Danu tiba-tiba saja menghentikan aktifitas mengunyahnya, saat terdengar pintu kamar kakaknya terbuka.

Hani muncul . Dan di saat bersamaan , Lastri juga muncul.

Sesaat suasana di ruang makan menjadi hening.

Hani tak meneruskan langkah dan bergeming menatap Danu.

Danu mengalihkan pandangannya dan tersenyum pada Lastri.

Tak sampai disitu, Danu pun mencoba mencairkan suasan dengan menyapa Lastri dan menghampiri sang istri yang terpaku tak jauh dari pintu kamarnya.

Danu mengajak Hani untuk sarapan bersama . Keduanya berjalan bersamaan menuju meja makan. Dimana telah duduk Lastri disamping Rara.

Sementara Rara, diam -diam tetap melanjutkan makannya dengan perlahan.

" Apa segitu enaknya ? Sampai kamu makan duluan gak manggil apalagi nunggu yang lain ! " Tegur Lastri bernada ketus pada Rara yang telah menghabiskan isi piringnya.

Rara tertunduk. Merasa bersalah dan juga malu.

" Bukan Rara yang salah, bu. Tadi aku yang menawarkannya . " Ucap Danu sambil tersenyum ramah.

'' Mas yang masak ? '' Tanya Hani.

Danu mengangguk. Lalu menceritakan jika tadi pagi ia terbangun awal dan merasa lapar. Tapi ketika ia melihat kulkas yang hampir bersih tak ada isinya, ia pun keluar dan menemukan warung , lalu membeli apa yang ia butuhkan.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang