* * *
Sesaat sebelumnya.
Hani menatap heran pada layar ponselnya. Baru saja senang karena Danu menelponnya, namun tiba-tiba harus terputus sebelum ia mendengar dengan jelas apa yang Danu katakan tadi.
Hani lantas coba menghubungi balik. Tapi tak bisa. Ia coba lagi. Dan tetap saja tak bisa.
" Mungkin dia salah pencet. " Hani meletakkan ponselnya dan melanjutkan pekerjaan yang sedikit lagi selesai.
Beberapa saat kemudian.
'' Permisi, Dok. Ini data semua pasien yang datang hari ini. '' Ucap Hani sambil meletakkan lembaran kertas berisi data pasien yang berkunjung hari ini.
Dokter Adrian mengangguk, meraih yang baru saja Hani letakan di atas meja kerjanya dan mulai mengeceknya.
'' Ok, makasih Han. Kamu bole pulang. '' Dokter Adrian tersenyum sambil menatap Hani sekilas .
'' Baik, Dok. Terima kasih.
Saya permisi. Selamat malam. '' Pamit Hani yang kemudian berbalik dan mulai berjalan kerah pintu keluar.Sebelum keluar, Hani sempat menoleh kebelakang.
Diperhatikannya Dokter Adrian yang terlihat fokus membolak-balik kertas laporan.
Sejak mengetahui jika dirinya telah bersuami, sikap Dokter Adrian berubah.
Pria itu tak lagi menunjukan apalagi berusaha untuk mendekatinya seperti sebelumnya.
Meski agak kurang nyana, namun Hani merasa lega . Terlebih Dokter Adrian tak mengatakan prihal dirinya yang telah menikah lagi pada siapapun.
Hani berbalik, melangkah keluar dan tak menyadari jika sebenarnya Dokter Adrian tau jika tadi Hani memperhatikannya.
' Clak ' pintu tertutup, Dokter Adrian menegakkan kepala dan langsung melepas apa yang tadi ada di pegangan tangan.
Seketika kertas-kertas berhamburan di atas meja. Lelaki yang telah genap kepala empat itu menghempaskan tubuh dengan pandangan ke arah pintu.
*
' Tap.Tap.Tap ' Hani berjalan cepat setelah mengirim pesan pada Rara agar bersiap karena sebentar lagi akan ia jemput .
'' Hani tunggu... ''
Hani menoleh dan menghentikan langkah.
Setengah berlari, Dokter Adrian berjalan ke arahnya dan berhenti tepat di hadapannya.
'' Ya, dok . Ada apa ya ? '' Tanya Hani dengan mimik heran.
Dokter Adrian menarik nafas . Ia tengah bersiap mengatakan apa yang belakangan ini berkecamuk dalam pikirannya .
'' Han, apa saya boleh bertanya sesuatu ? Tapi sebelumnya saya minta maaf. Karena mungkin apa yang saya tanyakan ini menyangkut urusan pribadi mu . ''
'' ... ''
'' ... ''
'' Bicaralah, Dok. Saya tidak bisa lama-lama karena hujan dan juga saya harus menjemput adik saya. ''
Dokter Adrian mengangguk.
'' Apa lelaki yang waktu itu benar-benar suamimu ? ''
'' Maksud Dokter ? ''
Dokter Adrian sedikit menundukkan kepala sambil mengulum bibirnya dalam-dalam.
'' Jadi benar kamu sudah menikah ? '' Dokter Adrian menegakkan kepala. Dan mencoba tersenyum seperti biasa.
'' ... ''
'' Hem...Maaf, Han.Karena jujur saja, saya ragu dan sempat berpikir yang tidak - tidak tentangmu. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomanceSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...