Bertambah kesal

294 8 0
                                    

* * *

' Ting '

Hani tersadar dan segera merogoh saku celananya.

Matanya menyipit, menatap layar ponsel dan mengusapnya.

'' Sudah di mana ? ''

Hani tergelak.

Ia tegakkan duduk sambil melebarkan kedua pupil matanya.

'' Mungkin lima menit lagi sampai di terminal. ''

Hani membalas sambil tertawa kecil. Ia merasa lucu sebab Danu bertanya tak menyertakan panggil ' sayang '. Jadi ia pun iseng membalasnya dengan tak juga menyematkan panggilan ' sayang ' .

Semenit, dua menit, lima menit berlalu. Tak ada balasan. Hani menghela nafas. Terbesit untuk mengacuhkannya , tapi ia urungkan .

Biarlah kali ini ia yang mengalah.

Hani kembali menara layar ponselnya. Semenit lagi, tepat pukul dua belas malam.

Ternyata perjalanan pulang ini lebih lama dari perkiraan.

Mungkin karena macet lumayan panjang di gerbang masuk antar kota tadi .

Hani menatap keluar jendela.

Bus mulai melambat karena telah memasuki kawasan terminal. Dan tak lama berhenti . Para penumpang mulai berturunan.

Hani pun melakukan hal yang sama.

Sambil memperhatikan sekelilingnya yang masih ramai, meski tak seramai disiang hari, Hani melangkah, meninggalkan alat tranportasi umum itu dan berjalan menuju ke jalan raya untuk mendapatkan taksi.

Namun tiba-tiba saja langkahnya harus terhenti sebab seseorang meraih dan memegang erat tangannya .

'' Eh ? '' Hani terkejut tak menyangka jika Danu ternyata datang dan entah sudah berapa lama menunggunya.

" Kok gak ngabarin mau jemput ? " Hani tersenyum senang.

Namun Danu tak menjawab dan justru menatapnya datar.

Senyum Hani surut. Tapi bukan karena kecewa sebab mendapat respon dingin dari sang suami.

Ia sebenarnya ingin tertawa. Namun ia tahan sebab penasaran dengan sisi Danu yang lainnya. Ia ingin tau bagaimana Danu saat marah dan bisa berapa lama akan tetap seperti itu.

'' Masih marah ,ya sama aku ? ''

'' .. '' Danu menghempas nafas dengan kasar lalu mencoba menarik Hani untuk beranjak.

Namun Hani tak mau bergerak dan justru menarik tangannya hingga terlepas.

'' Kalau marah, ngapain repot-repot jemput ? Aku bisa kok pulang naik taksi .'' Hani merubah mimik wajahnya menjadi cetus.

Danu mengerutkan kening.

'' Kenapa jadi kamu yang marah ? Seharusnya kan aku yang marah ! ''

Sesaat Hani dan Danu saling beradu tatap. Tapi kemudian, Hani memalingkan wajahnya ke samping.

'' Iya ,iya. Aku tau , aku salah. '' Hani sedikit menunduk dan memasang tampang seolah-olah ia menyesal.

'' Kalau memang kamu sadar tau kamu salah, seharusnya kamu minta maaf. Bujuk kek, rayu kek.
Bukannya malah bersikap kaya gini. ''

'' ... '' Hani mengulum bibirnya dalam-dalam . Sungguh ia hampir tak sanggup lagi untuk tidak tertawa.

Padahal ia tau, jika ia telah membuat Danu bertambah kesal . Namun itu justru membuatnya gemas dan semakin ingin mengerjai sang suami.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang