Seorang diri

340 11 0
                                    

* * *

'' Harus, ya Mas ? Sampai nganterin aku kerja segala ? '' Tanya Hani setelah mobil berhenti dipinggir jalan sebarang rumah sakit.

Danu menoleh dan tersenyum lembut sembari memajukan tubuh dan mendaratkan kecupan singkat di bibir Hani.

'' Aku hanya ingin melakukan apa yang biasanya pasangan suami istri lakukan pada umumnya.

Sebelum nanti kita benar-benar akan berpisah . "

'' Mas... ''

Danu kembali mencium bibir Hani, membungkamnya agar tak bicara apa-apa lagi .

Karena mulai kini, setiap detik sangatlah berharga.

Jadi ia ingin menikmatinya dengan melakukan hal yang manis dan berkesan saja.

* * *

'' Hai, Nia . '' Sapa Hani saat berpapasan dengan Nania.

Nania yang berjalan sambil memperhatikan papan note berisi catatan pasien seketika menenggak kepala dan berhenti.

'' Hai . '' Balas Nania sambil tersenyum tipis dan berlalu begitu saja.

Langkah Hani melambat.

Ingin rasanya ia memutar tubuh kebelakang, melihat apakah Nania juga melakukan hal serupa atau tidak.

Namun urung ia lakukan sebab tak mau menuai rasa tak nyaman dan menelan kecewa.

Sudah lebih dari lima tahun mereka menjalin persahabatan .Tak hanya selalu tau keadaan satu sama lain, mereka juga sering berbagi keluh kesah dan bercerita ketika memiliki masalah.

Meski Hani tak begitu terbuka seperti Nania dalam mengutarakan dan memberitahu apapun prihal dirinya. Namun baik Hani maupun Nania, keduanya cukup saling mengenal baik dan mengerti karakter masing-masing.

Langkah Hani berhenti tepat di belokan menuju ruang loker yang jarang di lalui .

Karena memang, ruang penyimpanan barang pribadi yang juga digunakan sebagi ruang ganti itu adalah ruangan khusus untuk perawat perempuan saja.

Tak sadar, Hani menitikkan air mata .

Nyeri menyayat hati sebab merasa kehilangan sosok yang selama ini selalu ada dan tak pernah berhenti memberi dukungan padanya.

Jika sebelumnya, ketika saling sapa, mereka pasti berakhir dengan berbincang panjang lebar, tapi tadi, Hani merasa Nania mengacuhkannya.

Tapi entahlah. Hani tak tau.

Apakah Nania memang tengah sibuk dengan rutinitasnya hingga tak melihatnya, atau memang sengaja tak mau menghiraukannya , Hani tak yakin.

Hani menepuk dada yang terasa sesak.

Sikap Nania tadi seolah menunjukkan ia  tengah menjaga jarak.

Dan itu membuat Hani benar-benar terluka.

Ini baru satu orang yang mulai menjauhinya. Bagaimana jika lebih banyak lagi orang yang tau tentang Danu Dan status pernikahan mereka .

Entah akan dipandang dengan cara apa ia nantinya. Bisa saja seperti yang kini tengah terjadi dilingkungannya. Ia mungkin akan menjadi bahan perhatian , pembicaraan dan tak menutup kemungkinan akan menjadi gunjingan para pekerja rumah sakit .

Air mata Hani kembali mengalir.

Apa begini rasanya menjadi wanita yang disebut pelakor ? Sungguh ia tak mengerti, mengapa ada wanita yang mau dan bisa hidup tanpa memperdulikan apapun hanya demi kesenangan dan egonya.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang