Tak mau ambil pusing

386 12 0
                                    

* * *

'' Biar ku antar kalian ke rumah sakit. Sekalian aku berangkat ke kantor. '' Tawar Danu saat melihat Hani sedang bersiap.

Hani tak menyahut. Ia teruskan persiapannya dengan mengambil tas selempang dan memasangnya di tubuh .

Setelah itu ia berbalik, mendekat dan berhenti dihadapan Danu.

" Mas lupa dengan apa yang kita sepakati semalam? " Tanya Hani.

" ... "

Hani menyentak nafas. Ia kesal sebab Danu tak menjawab . Danu bersikap seolah lupa. Tapi itu tak mungkin .
Melihat Ekspresi Danu, ia yakin jika Danu sengaja lupa.

'' Kita kan uda sepakat berpisah, Mas.
Jadi ... Aku gak mau merepotkan Mas. "

" ... " Danu mengepalkan kedua tangannya.

Nyeri. Kata-kata Hani yang mengingatkannya dengan janji yang terpaksa ia ucapkan semalam, membuat Danu merasa dadanya perih, seperti ditusuk secara perlahan dan dalam.

Ia memang mengiyakan untuk mengabulkan permintaan Hani yakni menceraikannya.

Tapi ia tak bilang kapan akan melakukan. Karena ia butuh waktu untuk mempersiapkan hatinya.

Jujur saja. Ia sebenarnya tak mau.
Namun apa daya, karena ternyata hanya dirinya yang merasa berat dan tak rela untuk mengakhiri pernikahan mereka.

Sedangkan Hani sepertinya sudah tak sabar ingin segera berpisah darinya.

'' Apa sekedar perduli padamu dan keluarga mu pun tak boleh ? Lagipula aku gak merasa direpotkan sama sekali. ''

'' Tapi tetap aja, Mas.. ''

'' Aku memang mengatakan akan menceraikan mu. Tapi apa kau lupa dengan syarat ku ? ''

Hani bergeming.

Memang, ia lupa . Sebab pikirannya sedang dipenuhi segudang pertanyaan tentang ada apa dengan kedua orang tuanya.

Hani pun mencoba mengingat apa yang Danu katakan setelah menyetujui permintaannya untuk diceraikan tadi malam.

Danu minta agar sebelum ia menjatuhkan talaknya, Hani akan menuruti apapun yang ia inginkan.

Salah satunya adalah tinggal bersama . Tak pasti berapa lama, tapi Danu berjanji tak akan ingkar.

'' Iya, Mas.. Aku ingat. '' Pandangan Hani jatuh kebawah.

Danu mendekat, tangannya terangkat, membelai wajah yang mungkin sebentar lagi akan sangat ia rindukan.

Jujur , ia menyesal telah menyanggupi permintaan Hani yang ingin diceraikan.

Seandainya ada hal lain yang bisa ia lakukan untuk membuat Hani tak lagi menangis , sebab merasa terbebani oleh statusnya, pasti ia tak akan mau menyanggupinya.

Karna ia sangat menginginkan Hani dan tak mau kehilangannya.

'' Ya, uda kalau gitu ak-aku mau liat ayah dulu. '' Hani beranjak keluar kamar.

Bergegas Danu bersiap.

Dan tak sampai lima menit, ia berada diluar dan berdiri disamping mobilnya.

Sambil menunggu istri dan ayah mertuanya keluar, Danu yang tengah memainkan ponselanya di buat terkejut saat Rara dan Lastri keluar secara bersamaan.

Mereka terlihat rapi karena memang akan pergi.

Danu pun menyapa.

Namun hanya Rara yang membalas dan mengucapkan salam padanya sebelum akhirnya beranjak pergi.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang