Chapter 14

4.1K 383 69
                                    

"Okay. . . jadi. . . , kau kurung dia di kamar karena dia terus mau keluar? Itu juga alasan kau telat masuk kerja?" ತ⁠_⁠ʖ⁠ತ

"Ha. . Ya. Agak menyusahkan aku urus dia. . . fyuh. . ." keluh Blaze pada Gempa.

'Sebenarnya dia beneran Beta atau pura-pura Beta sih? Banyak bener tenaganya!' gerutu Blaze dalam hatinya.

Ya bagaimana tidak? Sesampainya di rumah, Boy terus berlari ke arah pintu utama, terus ditangkap lagi, terus lepas, terus kena tangkap lagi, terus lepas lagi, terus ketangkap. . . lagi.

Gitu terus sejam. SEJAM!

Mari kita garis bawahi, SEJAM!

"Kau serius? Sejam?" tampaknya Gempa masih tidak bisa percaya.

"IYA LOH!" woah. . . habis kesabaran Blaze.

Tapi meski kesabarannya habis, mengingat kejadian tadi membuatnya sedikit terhibur dan tertantang.

Karena baru kali ini ada orang yang hampir bisa menyamai tenaga dan kecepatan Blaze.

Blaze sekali lagi menjelaskannya pada Gempa tapi masalahnya dia tetap gak percaya dengan omongan Blaze. Apa lagi mengurus Boy sampai sejam setelah pulang dari taman bermain.

'Apa sesusah itu? Perasaan sebelumnya tidak. . .' Gempa jadi mikir-mikir sendiri.

Ahh tapi sebelum itu, lebih baik kembali ke tujuan awalnya dulu.

"Adik, makan malam dah siap!"

". . . . . . . . . ."

?

"Kok senyap?" Blaze mulai curiga. ಠಿ⁠_⁠ಠ

"Adikkk!!" panggil Gempa sekali lagi.

". . . . . . . . ."

"Apa dia biasanya tidak menjawab kalau dipanggil?" gumam Gempa.

"Perasaanku tidak enak, ayo kita dobrak Gem!"

"Kalau rupanya dia lagi tidur?" (⁠눈⁠‸⁠눈⁠)

"Aku tidak yakin dia sedang tidur." (⁠눈⁠‸⁠눈⁠)

". . . . . . . ." (⁠눈⁠‸⁠눈⁠)

". . . . . . . ." (⁠눈⁠‸⁠눈⁠)

". . . . . . . ."

". . . . . . . ."

"Okay, ayo kita dobrak!"

"Nahh! Dari tadi kek! Dalam hitungan ketiga." Blaze, begitu juga dengan Gempa bersiap mendobrak pintu kamar Boy.

"Satu. . . dua. . . TIGA!"

BRAK–!!

"Adik?! Ada terjadi sesuatu sama adik kah??!"

Senyap~ sunyi~

dan gelap~

"Kenapa lampunya padam. . . ?"

Klik. .

Skalar lampu ditekan oleh Blaze, lampu menyala dan terlihat Boy berada dibalik selimut yang menyelimuti seluruhnya.

Oh kira ada apa, rupanya tidur. . .

Itu membuat hati Gempa jadi lega.

"Adik. . bangun. Makan malam dah siap loh. . ." kata Gempa dengan suara yang lembut, menepuk selimut itu pelan.

Tapi ada yang janggal.

Saat Gempa menepuk selimut itu, ianya tidak terasa seperti tubuh seseorang.

Gempa jadi curiga, apa dibaliknya adalah adiknya?

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang