Chapter 104

583 91 14
                                    

"KENAPA HARUS–. . eugh. . HHHhh. . haa. . ." Boy menghela napasnya. Menenangkan dirinya yang masih shock.

Kurang ajar, Blaze masih ketawa-ketiwi melihat Boy yang masih kaget setengah mati.

"Kenapa ke sini? Tau tempat ini dari mana?" Boy memicingkan matanya pada Blaze.

Terselip pesan tersirat lewat matanya, 'Diam atau ku terkam.' begitulah.

Masih dengan kekehan dan seringainya, Ais memotong tanpa memberi Blaze kesempatan untuk menjawab.

"Harusnya kita selamat untuk sekarang."

Boy menatap Ais. Lebih heran lagi dengan pernyataannya.

"Selamat dari mana? Keluar dari goa ini masih jurang yang mendalam loh."

Ais menunjuk ke dalam goa. "Jalan terus dalam goa ini bakal membawa kita ke cabang persembunyian kita."

Cabang persembunyian?

"Kek brankas?"

"Brankas itu tempat simpan uang adik, apa hubungannya sama cabang persembunyian?"

"Jadi maksudnya gimana itu?"

"Nanti adik lihat sendiri." kata Blaze, menggandeng tangan Boy untuk segera jalan ke tempat yang dimaksud.

Sepanjang jalan menuju tempat itu, hanya bebatuan dan tanah yang terlihat di sekitarnya. Tidak ada yang spesial atau mencolok mata. . .

Sampai lah mereka di ujung goa itu. Ais menggunakan senternya dari HP dari tadi semenjak mereka memasuki goa ini semakin dalam.

Semakin dalam, semakin gelap.

Dengan remang cahayanya dari HP, Ais membuka pintu itu perlahan.

Sangking perlahannya, Boy ngira mereka ini mau maling, bukan masuk ke rumah sendiri.

Ckelek. . .

ngrit. . .

Bahkan setelah pintu terbuka, Ais malah mengendap-endap untuk masuk ke dalam. Kenapa gak langsung masuk aja seperti orang normal?

"A–"

"Sh." Blaze membekap mulut Boy.

Boy? Menatap Blaze heran.

'Apa sih?' tanya Boy lewat matanya.

Blaze mendekati mulutnya ke telinga Boboiboy. "Shh. . . mungkin ada orang di dalam."

Orang?

Berarti di dalam gak aman dong.

Jadi kenapa kita masuk?

Yakin bakal selamat?

Setelah Ais masuk, Blaze nyusul masuk dengan menyeret Boy yang ragu-ragu buat masuk.

Dalamnya dah la gelap, pengap pula itu.

Ais mematikan senter HP-nya. Hanya dengan modal mata, Ais membimbing Blaze ke mana mereka akan pergi.

Duk!

Astaga naga dragon.

Kaget Boy.

Suara botol gelas dihentak kuat di atas meja kayu.

Ais mendekatkan jari telunjuknya ke mulut, menandakan untuk diam.

"Glurrrbb– uah. . . tsp tsp tsp. . . ah. ."

"HOOAAaaaam. . ."

"Kalian bisa gak sih lebih serius?"

"Iyaaa. . ."

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang