Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!

Chapter 4

"Aku tidak mau." kata Boboiboy lagi.

". . . . . . . ."

"Kenapa?" tanya Duri pada Boboiboy.

"Aku tidak mengenal kalian." jawabnya spontan.

Seketika saat itu, yang awalnya berubah suram menjadi biasa lagi. Bahkan Duri mempunyai efek bunga-bunga disekitarnya. (⁠ʘ⁠ᴗ⁠ʘ⁠✿⁠)

"Oalah. . kukira karena apa, hahahahaha."

"Kalau gitu, kau tinggal mengenali kami dan jadi adik kami." kata si biru sapphire.

"Perkenalkan namaku Taufan." sambung kata si biru sapphire.

"Aku Blaze!" katanya dengan senyum yang lebar.

"Hei, ayolah, perkenalkan diri kalian juga." Ajak Duri pada yang lain.

". . . . aku Ais."

"Kau harusnya dah tau, aku Solar."

"Halilintar."

"Aku Gempa, salam kenal adik. . ." ｡⁠◕⁠‿⁠◕⁠｡

". . . . . ya. ."

". . . . . . . . . . ."

"Adik gak perlu tegang, kita baik kok." ucap Gempa berusaha meyakinkan Boboiboy.

Hei, darimana pula logikanya orang yang membeli manusia dari lelangan itu orang yang baik?

Boboiboy hanya bisa menatap datar pada mereka semua.

'Gak gitu juga maksudku ya, gak gitu. .'

Grep– Fyung–

Boboiboy tiba-tiba dipangku lalu diajak putar-putar kayak anak kecil.

Boboiboy hanya bisa bersabar dengan tingkah si anak bernetra hijau ini.

'Kau kira aku umur berapa sampai diputar-putar kayak anak kecil?'

"Wiiiii–"

Setelah diputar-putar sampai puas, barulah Duri menghentikan aksinya.

"Haih. . kamu sehari makan berapa banyak sih? Ringan banget kek kertas."

"Ha?! Serius?"

"e-eeh?!"

Sekarang malah Taufan yang muter-muterin Boboiboy.

'Aduh. . pusing palaku. . .'

"Weh, gantian aku weh!" Nah loh, Blazenya ikutan.

"Betul lah, kek kertas!" girang Taufan.

"Nah, sambut!" Boboiboy dilempar oleh Taufan ke arah Blaze.

"Whua–!"

"Hup!" Blaze menangkap Boboiboy ala bridal style.

'Okay, kepalaku mulai pusing.'

"Woaa, ringan benar lu."

"Turunkan aku." kata Boboiboy.

"Huh?"

"Turunkan aku, aku pusing."

"Oooh."

Blaze yang masih menggendongnya pun mendudukkan Boboiboy di sofa samping Halilintar dan Ais.

Boboiboy memijat pelipisnya. Menutup matanya sementara lalu membukanya lagi.

Boboiboy memegang chokernya yang menggantung di lehernya, merasa tidak nyaman, Boboiboy mencoba untuk melepas choker itu.

"Eit eit eit! Gak boleh lepas." larang Blaze.

Boboiboy mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa?"