Chapter 98

968 136 37
                                    

"Harusnya dari sini ke sini. . . benar, lalu. . ." Solar bergumam seraya menatap jalanan yang dia tempuh dengan layar HP-nya berkali-kali.

Blaze yang mengekori dari belakang meliarkan matanya untuk menatap sekitar. Menajamkan pendengarannya juga untuk berjaga-jaga.

Solar merasa dari awal dia masuk hingga saat ini tuh. . . denahnya masih sesuai dengan denah bangunan yang lama.

Bahkan sekarang, mereka sudah sampai di tempat terakhir kalinya sinyal Hali dengan Gempa terputus.

"Bukannya di sini ada ledakan ya?" bingung Blaze melihat semuanya normal-normal saja.

"Iya. . ." gumam Solar juga sama bingungnya. Ruangan ini masih baik-baik saja tanpa adanya kerusakan apa pun.

"Blaze–"

Dor!

". . Solar?!"

Bruk. .

Solar tumbang, Blaze secepatnya menghampiri Solar. Melihat tembakannya tepat di bahu kanan.

"Argh. . ." Solar memegang bahunya erat, menggertak giginya, dan melihat ke belakang.

"Bangka sialan. . ." gerem Solar saat matanya berpapasan dengan senjata yang mencondong keluar dari dinding di atas pintu masuknya tadi.

Tadi tidak ada senjata itu, sekarang ada. Apa senjata itu betul-betul keluar dari dinding?

Clap. . clap. . clap. .

"Selamat datang Solar. Hampir saja tadi ya?" kata Retak'ka memasuki ruangan.

Solar menggertak giginya kesal, menatap Retak'ka dengan bengis.

"Kau. . ."

Drap drap drap drap– Bak!

Blaze lantas menerjang Retak'ka dengan sebuah tendangan menuju wajah. Tentu tidak semudah itu meninggalkan memar di wajah kakek sialan itu, tendangannya ditahan oleh tangan Retak'ka.

Blaze seketika mundur dari Retak'ka, mendekat pada Solar dan menjadi tamengnya.

Solar. . . dengan tangan yang gemetar, mengeluarkan pistol dari sakunya. Bahunya yang terus mengucurkan darah membuatnya tidak tenang.

"Bukan kah kau harus mundur Solar? Jika kau kehabisan darah–"

"Aku tidak butuh pendapatmu."

Ceklak

Pelatuk pistol ditarik.

"Mana adik?"

"Bersemangat sekali."

"Tutup mulutmu!"

Blaze kembali maju menghajar Retak'ka. Dengan lihai pula Retak'ka menghindari serangan Blaze.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Errrggg–!! Eeeerrrrhhhh!!!"

Sekuat tenaga Boboiboy mencoba untuk melepaskan diri. Menarik tangannya yang terikat, kakinya, lehernya. . .

Capek. Sedari tadi mau ditarik atau digoyang pun tidak longgar.

"TOLONGGGGG!!!"

. . . . .

Sudah beberapa kali juga Boboiboy berteriak, tidak ada yang menyahut sama sekali.

Kembali ke cara awal, Boboiboy menarik dan menggoyang tangan dan kakinya guna melonggar ikatannya.

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang