Chapter 99

1K 151 26
                                    

Hanya suara kayu terbakar lah yang bisa Boboiboy dengar.

Hangat, terang. . .

Boy bisa merasa dan melihatnya juga.

Tapi. . . tak ada satu pun rasa hangat itu ada dalam dirinya.

Boy membenamkan wajahnya ke lipatan tangannya.

Hatinya masih terasa berdenyut seolah baru saja disayat-sayat.

Kenangan terakhirnya bersama Solar masih terlalu segar–

"Nih."

Fang menawarkan secangkir air pada Boboiboy. Boy menerimanya. Namun tak langsung Boy minum, Boy hanya menatap pantulan dirinya dalam secangkir air itu.

Mungkin merenung ya? Apa yang sudah terjadi?

Semua hal terjadi begitu cepat. Otaknya tak bisa berproses dengan baik.

Ini membuatnya kembali bertanya.

Kenapa dia diculik?

Sebenarnya dirinya itu siapa?

Adik dari keluarga mafia?

Anak buangan?

Anak pungut?

Yang mana yang benar?

"Bagaimana keadaan Ying dan Yaya?" tanya Fang pada Ais.

Ais duduk jauh dari api unggun, dia bersandar di dinding sembari melihat sekitarnya.

Bangunan setengah roboh dan terbengkalai. Banyak tumbuhan liar dan air kotor. Ditambah lagi suasana yang sunyi dan gelap. . .

"Mereka berhasil ke apartemen Ying. Tapi terjebak di sana karena beberapa orang yang diduga dari Retak'ka memantau setiap pergerakannya. . ." jelas Ais.

Ais menghela sebelum lanjut berbicara, "Harusnya mereka tidak di apa-apakan selain dipantau. . ."

". . . Kenapa yakin bakal begitu? Bisa saja mereka–"

"Ying itu seorang peneliti dan dokter, juga pintar. . . Banyak berkas-berkas penelitiannya meski tak semua ada hasilnya. Retak'ka tak mungkin menghapus seseorang yang memiliki banyak berkas berharga seperti itu. Terlebih lagi. . . dia juga pasti tau kalau Ying meneliti soal genetika gender kedua."

". . . . . . Begitu." lirih Fang.

"Sama sepertimu, menurutmu, kenapa kau masih dipekerjakan untuk membawa adik? . . . Bahkan mungkin membunuh kami juga–"

"Gak, aku gak akan pernah bunuh kalian. . ."

Ais mengerling matanya, "Ya lah tu. . ." gumam Ais.

Di sisi lain dari api unggun, ada Blaze yang tampak tak senang sama sekali. Matanya menatap tajam pada api unggun itu, kuku jempolnya pula sudah compang-camping karena digigit-gigit terus dengan gigi kelincinya.

"Apa tak ada cara untuk membalikkan keadaan?" tanya Blaze tiba-tiba.

"Gimana kalau kita balik ke rumah?" lanjut tanyanya.

"Gak mungkin. Di sana banyak yang menjaga." bantah Fang.

"Kan bisa diam-diam."

"Terlalu beresiko."

"Kalau gitu lebih baik kau kembali ke tempatmu Fang." kata Ais memotong percakapannya dengan Blaze.

"Apa–"

"Bukannya abangmu bakal curiga? . . . . Kenapa Pang lama sekali? Kemana perginya Pang? Jangan-jangan dia membelot lagi?"

Fang menatap Ais tak suka.

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang