Chapter 32

2.6K 270 82
                                    

'Aduh. . adik. . .' Solar menghirup oksigen, lalu menghelanya perlahan.

Perempatan imajiner tercetak jelas pada Solar.

Kesal. . .

SOLAR KESAL!!

grep. . . Solar meremas gagang pelnya kuat.

'Gara-gara kamu. Aku jadi harus bersihkan satu rumah, ya Ampun!!' gerutu Solar. (⁠ʘ⁠言⁠ʘ⁠╬⁠)

"Haaaeeeh. . ." tak jauh dari Solar, ada Ais juga ikut membantu Solar mengepel. Tampaknya dia sudah selesai mengepel bagiannya.

Rasa ingin rebahan sedang bergejolak. Apa lagi setelah mengepel lantai, mengelap dinding dan setiap perabot rumah berkali-kali.

War biasa.

Emang- WAR BIASA. ಠ⁠益⁠ಠ

Rencana Boboiboy kali ini benar-benar membebankan mereka karena harus mencuci bersih seisi rumah sampai bau-bau parfum tersebut hilang.

Terutama kamar Boboiboy.

Wahahaha- jangan ditanya.

Baunya benar-benar mematikan sampai-sampai Taufan yang belum melangkah masuk kamar Boboiboy saja hampir masuk rut.

Padahal. . jadwal rut Taufan seharusnya besok tapi hampir loh HAMPIR.

Hampirnya itu terjadi lima meter sebelum mencapai pintu kamar Boboiboy.

Apa kalian bisa membayangkan betapa kuatnya bau parfum itu?

Padahal Taufan adalah orang yang kuat soal mengontrol dan menahan feromon, sama seperti kakak dan adik-adiknya.

Tapi itu bukan salahnya. . . emang baunya saja yang sudah kelewatan nyengat dan rutnya sangat dekat.

Bahkan, Ais dan Solar mau keluar dari kamar Solar pun harus memakai respirator mask dulu baru bisa menghirup udara segar.

Lalu karena takut Taufan akan memasuki rutnya lebih awal, Solar dan Ais menyuruhnya mengurung diri saja di dalam kamar.

Okay jadi. . . Taufan mengurung dirinya dan Blaze masih menjalani rutnya. .

Tinggal mereka berdua di rumah yang harus jadi relawan untuk membersihkan semua ini.

Haih. . .

Ini lah kan, berdua~

Berdua mengepel lantai.

Mengelap dinding.

Perabot.

Untungnya, setelah membersihkan rumah ini sebanyak dua kali. . . baru lah baunya agak memudar, jadi mereka tidak perlu memakai respirator mask itu lagi.

Lihatlah, sekarang sudah pembersihan yang keempat. Baru lah baunya menghilang.

"Solar, aku tidur dulu ya. Teras dan halaman belakang aku serahkan padamu saja." tepar Ais ke sofa.

"Enak aja, sebagai kakak yang baik harus membantu adiknya dong! Kau pikir aku gak capek apa?!" kesal Solar.

'Dari tadi taunya protes, ngeluh, mau rebahan, tidur melulu. Kau pikir aku mau ngepel, ngelap berkali-kali seperti ini ha?!' lanjut Solar menggerutu dalam hatinya.

"Aaaa. . . . . tapi sudah dipel dilap pun masih ada baunya Solarrrr. . . belum lagi teras dan halaman belakang rumahnya. . . kau sanggup nyiram seisi daerah berkali-kali?" keluh Ais.

"Mau bagaimana lagi? Kita terpaksa."

"Ssshhh. . . hhhaa. . . ." geram lalu keluh Ais.

'Dasar adik merepotkan. . .'

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang