Chapter 100

513 92 27
                                    

Kamar Taufan.

Jujur aja, Boy gak menyangka dia bakal menemukan buku panduan senjata dari ruangan Taufan.

Bahkan banyak juga buku-buku yang tersimpan dalam laci, tapi. . .

"Kenapa semuanya masih terbungkus ya? Nampak banget dia gak baca buku-bukunya." gumam Boboiboy melihat sampul buku-buku yang Taufan simpan.

Bahkan, buku panduan senjata yang dia pegang sendiri pun juga masih tersampul rapi dengan plastik.

Coba kita lihat. Taufan punya banyak buku yang masih tersampul. Mulai dari buku tentang pengembangan diri, uang, sampai hukum pun ada.

Ehm. . . tapi yang tak tersampul mana ya? Kok gak ada?

Apa jangan-jangan buku-buku ini cuma dibuat jadi pajangan?

Kalau iya napa disimpan dalam kotak semua?

Cekrek

"Loh. . . ?"

Setelah Boy pegang-pegang bukunya, tak sengaja Boy putar sampul buku itu sedikit.

Kini, ianya bukan kelihatan seperti buku tapi. . . kotak yang menyerupai buku.

Setelah Boy putar beberapa kali seperti membuka tutup botol, baru lah bisa kelihatan isi dalam kotak itu.

"ID card???" gumam Boboiboy.

Kartu identitas laki-laki.

Selain itu ada paspor, kartu keluarga, dan kertas lainnya yang dilipat-lipat menjadi kecil.

Tunggu. . .

Apa ini seperti apa yang Boboiboy tebak sekarang? Kepikirannya ini tiba-tiba banget.

Benda-benda ini pasti digunakan untuk penyamaran kan?

Lihat. Gambar ID card-nya saja hampir-hampir mirip dengan Taufan.

Matanya biru, rambutnya coklat– tapi tidak ada rambut putih disana. . .

Melihat isi kotak yang lain, ternyata ada lebih banyak identitas lagi.

Mulai dari identitas Angin, Beliung, Voltra, Balak. . .

Woah. . banyaknya. . .

Tapi kenapa semua namanya aneh-aneh ya? Satu pun gak ada yang normal.

Seperti nama 'Angin', emang siapa yang mau namain anaknya Angin??

Apa lagi ni Boboiboy ketemu nama Daun. Absurd bener lah. . .

"Ohh berkas-berkas penyamaran Taufan. . ."

Kaget. Tiba-tiba aja Ais sudah ada di sebelahnya sembari menatap semua buku-buku yang berserakan di depannya.

Dia mengambil satu buku lalu buka dan melihat isinya.

"Keknya ini harus dibawa juga. . ." lirih Ais.

Ais memberikan salah satu tas hitam yang lebih kecil ke pada Boboiboy.

"Masukkan semua dalam tas."

"Ya."

Tak banyak basa-basi lagi, Boy masukkan semua buku-buku itu ke dalam tas.

Satu, dua, tiga, sepuluh, dua puluh–

Banyak juga.

"Udah?" tanya Ais yang tampaknya sudah selesai mengambil beberapa barang.

"Udah." sahut Boboiboy yang juga sudah selesai mengambil semua buku.

"Sini."

Boy mendekati Ais lalu memberikan tas hitam itu padanya. Ais ambil lalu menyimpannya dalam tas.

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang