Chapter 52

2.2K 286 57
                                    

Wow. . .

Dalam seminggu langsung naik ke tujuh ribu?! (⁠。⁠☬⁠0⁠☬⁠。⁠)

Author lihat tabungan chapter-chapter untuk kedepannya sembari memperkirakan sesuatu di dalam benaknya.

"Satu. . . dua. . . haiya. . . mana cukup." Author menepuk jidatnya.

'Sepertinya aku harus lembur.' ♪⁠~⁠(⁠´⁠ε⁠`⁠ ⁠)

#menyiapkanototjariuntukmengetik

#semangatakhirtahun

OH YA!

Author lupa mengucapkan–

Selamat hari natal semuanya!! ♡⁠(⁠Ӧ⁠v⁠Ӧ⁠。⁠)

Hehehehe. . . bentar lagi mau tahun baruu~! (⁠づ⁠ ̄⁠ ⁠³⁠ ̄⁠)⁠づ

___________________________________

"Ada apa ini?!" Duri bergegas keluar dari kamarnya setelah meminum supressant rut. Dia tidak peduli dengan rutnya lagi, dia hanya mau mengetahui bagaimana kondisi sekarang dan menyelamatkan adik.

Sama untuk yang lain, mereka langsung keluar dari kamar begitu mendapatkan pesan bantuan itu dikirim di grup chat.

Kalau Boboiboy tidak balik sampai sekarang dan harus meminta bantuan mereka yang sedang rut, bukan kah ini berarti masalah yang besar?

"Aku gak punya waktu jelasin panjang lebar tapi intinya adik diculik, penculik ini datang dengan jumlah yang bisa dikatakan lumayan banyak. Kisaran lebih dari enam orang. Barusan adik dibawa lari ke bandara, tampaknya mau dibawa keluar negeri tapi aku tidak tau ke mana itu.

Ah dan juga, sepertinya orang yang menculik ini gak bisa bahasa Indonesia karena mereka berkomunikasi dengan bahasa mandarin. Aku gak ngerti mandarin jadi aku tidak mengerti satu pun percakapan mereka saat menyusup.

Kalian jaga rumah, aku susul Taufan. Di kamar adik ada mayat-mayat penculik, mohon diperiksa bila memungkinkan." Blaze menjelaskan semua itu seraya mengenakan jaket, helm, sarung tangan dan kacamata malam.

Apa itu kacamata malam?

Bentuknya seperti kacamata biasa tapi kaca dari kacamata itu berwarna kuning. Kacamata ini berfungsi untuk melihat sekitar lebih jelas. Kacamata ini mirip dengan kacamata visor Solar.

"Jadi maksudmu kita jaga rumah kau pergi susul Taufan?"

"Ya, aku pergi sekarang!" Blaze melambaikan tangannya, menaiki motor kesayangannya dan melesat pergi.

brvm brvm ngengggggggg!

Blaze pun hilang dari pandangan mereka. Kini di ruang tamu, suasana benar-benar serius.

"Kita susun rencana, sekarang juga." Solar membuka pembicaraan.

"Rencana apa?" beo Duri.

"Tsk hheishh. . Duri, pergi makan lagi supressantmu tuh lebih banyak. Sepertinya otakmu belum bisa berjalan dengan baik." geram Solar.

Okay.

Duri tidak suka dengan omongan Solar. Apa-apaan coba? Dia tanya baik-baik kan? Bukan maki-maki kan?!

"Kalau makan lebih banyak, mungkin aku bakal overdosis bodoh." desis Duri balik.

"Cukup! Bukan saatnya bertengkar. Betul apa yang Solar katakan, kita harus siap pada skenario terburuk yang mungkin terjadi." kata Ais meleraikan pertengkaran sebelum membesar.

"Skenario terburuk adalah adik diculik. Namun ke mana penculik ini akan membawa adik?" gumam Gempa.

"Sungguh, kita kekurangan informasi. Yang kita tahu hanya mayat orang di kamar adik dan mereka berbicara bahasa mandarin. . ." gumam Duri.

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang