Chapter 80

1.7K 210 76
                                    

Malam hampir tiba. Pada sekitaran jam enam, mereka sudah berkumpul di ruang makan. Tentunya berkumpul untuk makan bersama, itu sudah biasa mereka lakukan.

Namun makan malam kali ini tidak seperti biasanya.

Taufan tidak memulai percakapan simpel, Blaze tidak melakukan kericuhan ringan, dan Duri tidak memeriahkan suasana makan.

Tidak ada. Tidak ada hal-hal begituan malam ini. Benar-benar hanya makan.

Boy bahkan sempat heran kenapa suasana makannya jadi diam begini, seharusnya kalau sudah waktu makan, setidaknya ada satu dua momen keributan yang terjadi.

Hanya dentingan sendok dan garpu di atas makanan mereka saja yang terdengar. Boy jadi agak gak selera makan karena merasa ada yang salah.

Padahal Boboiboy baru aja siap mandi dari pelatihan kerasnya dengan Hali. Jadi harusnya Boy lahap saat menyantap hidangan-hidangan menggiurkan itu.

Tapiii. . . ya udah lah, mau tanya ini pada kenapa pun Boy rasa tak pantas. Lagi pula mungkin mereka ada urusan lain yang tak patut Boy tau. Boy paham kok. Mengingat pikiran Boy juga pernah terlintas bahwa mereka ini sekelompok kriminal meski tidak tau pasti kriminal seperti apa itu. . .

Selesai makan, Boy meletakkan piring serta sendok dan garpunya ke tempat cuci piring lalu mencucinya.

"Loh. . tumben?" beo Gempa melihat Boboiboy yang mencuci piringnya sendiri.

Boy hanya menatap Gempa sekilas.

Sebelum membalas, Boy mengontrol raut wajahnya yang tersipu malu dulu karena ketahuan cuci piring, padahal biasanya enggak nyuci dan melemparkannya ke Gempa gitu aja. . .

Aa. . . (⁠^⁠~⁠^⁠;⁠)⁠ゞ

"Pengen aja." singkat Boboiboy. Tak mau menatap Gempa lagi, entar tersenyum pula, kan jadi sia-sia usahanya nanti.

"Adik, biar kakak aja lah yang cucikan. Adik pergi tidur, okay? Pasti dah capek seharian latihan dengan kak Hali kan?"

Bukannya menjawab, Boy malah bertanya kembali pada Gempa setelah meyakinkan dirinya untuk bertanya hal yang mungkin. . . cukup emosional.

"Kenapa gak suruh pelayan aja? Kenapa setiap kali habis makan kau yang cuci semua piring? Yang lain gak bantu kah? Aku lihat kau yang selalu mengerjakan pekerjaan seperti ini. . ." gumam Boboiboy

Gempa lumayan terkejut dengan pertanyaan-pertanyaan Boboiboy.

Ya. . . tak seperti biasanya Boboiboy akan menanyakan pertanyaan seperti itu.

Apa dia mengkhawatirkan Gempa?? Atau. . . kasihan sama Gempa??

Memikirkan bahwa Boboiboy bisa seperhatian itu padanya tuh cukup. . . menggelitik hatinya. Rasanya hangat di hati, membuat Gempa juga ingin tersenyum! Tersipu juga seperti Boboiboy- (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Tapi. . mengingatkan ini adalah Boboiboy. . . Gempa ragu Boy mengkhawatirkannya tanpa alasan. Pasti ada penyebabnya kan? Mustahil kalau gak ada alasannya.

"Adik, gak biasanya kamu tanya hal beginian. Ada masalah apa hm?"

"Ya-. . . aku. . ." jujur, Boy gak tau bagaimana menjawab pertanyaan Gempa. Jadi Boy sambung dengan jawaban seadanya saja seperti, "Gak ada masalah apa-apa kok. . ."

Gara-gara itu, Boy malah canggung sendiri dengan Gempa yang ada di sampingnya. Boy yang sudah selesai mencuci piringnya pun menyusunnya di rak, sementara Gempa baru mau mulai mencuci piringnya dengan piring yang lainnya.

Syukurlah, Gempa menyambung pembicaraan mereka dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Boboiboy.

"Kalau pelayan yang cuci, biasanya tak akan sangat bersih. Makanya aku lebih memilih untuk mencuci semuanya sendiri. Yang lain ada bantu kok kalau cucian banyak, kamu aja yang gak pernah nampak mereka bantu karena dah pergi ke kamar duluan."

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang