Chapter 79

1.3K 194 16
                                    

Esok harinya. . .

Solar akhirnya selesai dari rutnya.

Sama seperti Gempa yang awalnya merasa mansion ini terlalu sepi dan pada akhirnya mengetahui soal latihan kejamnya Boboiboy.

Buk! Buk! Bruk!

"Pukulanmu masih lemah. Usahakan untuk melatih kekuatan tanganmu. Ingat menggunakan kaki juga bila diperlukan saat melihat suatu celah."

Duk! Buk! Duk!

Sret–!

"Wua–!"

Pang!

"Akh–!"

Jatuh lagi jatuh lagi. . .

Kejedot lagi kejedot lagi. . .

Semua itu gara-gara Boboiboy tidak cukup memperhatikan kaki Hali.

Saat Boy terus memperhatikan kaki Hali, pukulan Hali lah yang akan menjatuhkannya.

Saat Boy fokus dengan kedua tangan Hali, maka kaki dia pasti akan disandungkannya.

"Adik, kamu tak boleh berfokus hanya di satu titik. Lebarkan pandanganmu!" kata Blaze dengan kuat.

Solar dari sudut bersama TTM yang sedang terikat hanya memerhatikan pergerakan Boboiboy.

Tapi ditengah pikirannya, dia teringat akan seseorang yang tidak ada di aula latihan ini.

'Mana Ais. . ?'

Tidak mungkin Ais gak mau ikut nimbrung di sini. Jadi ke mana dia?

"Tak biasanya tukang tidur itu tak ada di sini. . . kalian tau Ais di mana?" tanya Solar pada TTM.

Mereka saling memandang terlebih dahulu sebelum menjawab tidak tau.

"Mungkin di kamarnya? Kalau gak ya berarti di lab. Cuma dua tempat itu yang biasanya dia kunjungi."

Ya juga ya. . .

Kalau Ais tidak memunculkan batang hidungnya di sini. Solar jadi punya firasat tentang suatu hal yang belum dia ketahui.

Ini sudah siang. Ais sudah pasti bangun. Kalau gak bangun sih dah kelewat itu. ತ⁠_⁠ತ

"Aku akan temui Ais."

"Oh. . ya.", Taufan.

Solar beranjak pergi, Blaze teringat ada hal yang belum Solar tau. Tapi belum juga Blaze mau kasih tau, Solar dah pergi.

"Nanti aja kasih tau." kata Taufan.

Ya sudah lah, toh dah pergi juga orangnya. Blaze hanya mengangguk pelan tanda mengerti.

Jeda sebentar sebelum Taufan yang tiba-tiba bertanya pada Blaze.

"Aa. . . Blaze, kapan kita kasih tau mereka?"

"Hah?! Kasih tau apa lagi? Kalian ada sembunyiin sesuatu dari Duri lagi ya?"

Waduh. Tepuk jidat.

Duri langsung menoleh menatap mereka dari mata ke mata.

Taufan lupa Duri juga terikat bersamanya dengan Blaze karena sedari tadi Duri diam tak bergeming juga dari posisinya.

"Hiishh. . . kau ni. Sepatutnya nanti kumpul bersama lah baru ngomong!"

"Ya aku lupa Duri ada dengan kita!"

"Woahh jadi kalian betul-betul ada sembunyiin sesuatu ya. . ?" Duri menatap mereka berdua dengan mata sikopatnya. Tak lupa kedutan dari senyumnya itu.

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang