Chapter 21

3.4K 295 70
                                    

Keesokan harinya, Boy benar-benar menjadi orang yang berbeda.

Kalau dia biasanya aktif dua puluh empat jam sehari per tujuh hari sepekan.

Sekarang dia pasif.

Tak banyak cing cong, gak banyak mikir, gak banyak gerak.

Benar-benar PASIF.

Hal ini membuat mereka semua khawatir, yang biasanya cuek, bodoh amatan, dingin, muka tembok dan tsundere pun jadi khawatir.

Ya bagaimana tidak?!

Saat makan, biasanya Boy akan lahap memakan masakan Gempa meski dia terus mencoba untuk menutupi kesukaannya pada masakan Gempa.

Tapi sekarang dia malah hanya duduk dan termenung sambil mengacak-acak malas makanannya.

'Gak selera. . . .'

Srett srekk srett srekk srett-

Ais menahan tangan Boboiboy yang sedari tadi mengacak-acak makanannya diatas piring.

"Makanan untuk dimakan, bukan untuk dimainkan."

". . . . Kau mau? Aku sudah kenyang. . ." kata Boy menyodorkan piringnya yang masih penuh itu pada Ais.

Melihat makanan yang masih penuh itu membuat semuanya yang berada di ruang makan merasa gimanaaa gitu kan.

Gempa sudah pasti sedih dan khawatir.

Hali, Taufan, Ais, dan Solar terlihat risih tapi khawatir.

Duri dan Blaze memiliki tanda tanya besar dan benar-benar khawatir.

Mereka tau kalau Boy sedih karena sahabat karibnya itu hilang tapi apa dia harus sekaget dan sesedih ini sampai tidak mau makan? Sedekat apa mereka? Kalau sampai malas makan kan gawat.

Yaaa, kira-kira begitu lah yang ada di benak mereka sekarang.

Ais mengambil piring itu lalu mengambil sesendok nasi dan mengarahkannya ke mulut Boboiboy.

"Makan."

Boy langsung melayaskan matanya.

"Kan tadi aku dah bilang kalau aku sudah kenyang. Nanti aku makan pas siang aja."

Jengkel dengan kelakuan Boboiboy, Ais makin menyodorkan sendok itu ke mulut Boboiboy.

"Apa kakak bilang? Makan kan? Yaudah ini dimakan dulu." (⁠눈⁠‸⁠눈╬⁠)

Perempatan imajiner langsung terbentuk di dahi Boboiboy.

"Apa 'adik' bilang? Nanti kan? Yaudah nanti aku makan." ಠ⁠◡⁠ಠ╬

Mulailah kontes saling tatap-tatapan beserta listrik tak kasat mata itu yang saling beradu volt.

Haih. . .

"Adik, dari semalam kamu gak makan banyak loh. Kamu hanya makan seuprit, sekarang perut sudah kosong melompong jadi harusnya kamu habiskan dulu satu piring itu okay?" kata Gempa baik-baik pada Boboiboy.

Adu tatapan pada Ais putus, beralih ke Gempa.

"Enggak Gempa, aku lagi kenyang."

Deg

'Gempa? GEMPA?!'

'Kenapa nama Gempa diucapkan?! Namaku kok gak pernah?!'

'Gempa udah dipanggil kakak sekali, sekarang dipanggil pula namanya sekali.'

Ekhem, bentar dulu bentar.

Pause dulu pause.

Nanti cemburu-cemburunya, kita abaikan dulu momen itu.

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang