Bab 8. Pelukan Membingungkan

2.1K 557 71
                                    

"Ooh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ooh..."

Gia melihat Prof Garin tersenyum simpul dan Gia segera menutup mulutnya karena baru saja dia menghembuskan napas cukup kencang tanpa merubah posisi duduknya. Dia bahkan tidak membuang muka seperti yang seharusnya dia lakukan. Hembusan napasnya pasti menerpa wajah Prof Garin namun pria itu bergeming saja.

Gia bersimpuh dan sedikit beringsut ke belakang. Mulutnya terkatup rapat dan dia yang terlebih dulu memutuskan kontak mata dengan Prof Garin. Sepersekian detik setelah dia kembali menyadari, pria di depannya itu adalah pria beristri.

"Maaf..." Gia mengangguk-angguk kecil. "...tunggu..."

"Huum?"

"Prof ingat saya?"

"Aku pikir kamu yang tidak ingat aku."

"Saya?" Gia menunjuk hidungnya sendiri dengan raut wajah heran. "Saya bahkan punya ingatan setajam ular kobra..."

"Heh?"

Gia kembali beringsut kecil ke belakang. Gerakannya terlihat aneh. "Ular kobra memiliki ingatan abadi. Bahkan ketika seseorang melukainya, dia akan ingat orang itu walaupun mereka sudah tidak bertemu setelah puluhan tahun lamanya."

"Oya?"

"Huum." Gia mengangguk. "Dan kemampuan itu membunuhku perlahan. Susah sekali melupakan..." Gia membatin kalimat-kalimat terakhir itu dan melirik Prof Garin yang nyatanya masih menatapnya tajam. Pria itu seperti menelisik.

"Aku ingat kamu kok. Dari pertama bertemu."

"Mustahil." Gia menjawab cepat dan lirih. Suaranya tertelan di tenggorokannya.

"Karena aku pikir kamu yang akan menyapa terlebih dulu. Hai, Prof...masih ingat saya?"

Gia tertawa sumbang. Bagaimana mungkin dia akan melakukan itu sementara bertahun-tahun dia sibuk dengan pemikirannya sendiri tentang kejadian bertahun-tahun lalu itu? Dan kejadian itu sungguh telah mengubah hampir separuh kepribadiannya.

"Terima kasih."

Gia mendongak dan menatap heran pada Prof Garin yang tersenyum ke arahnya.

"Karena sudah mau menjaga Raka. Situasinya agak canggung kan? Kita tetangga baru tapi kami sudah merepotkan."

"Oh...tidak apa-apa. Raka mandiri sekali."

"Huum...ibunya mendidik anak itu dengan baik."

Gia kembali beringsut saat mendengar pria di depannya itu membicarakan istrinya. Kenyataan itu kembali menyentak batin Gia. Prof Garin sudah beristri dan pintu dengan peralatan penunjang yang modern ala Jepang itu sungguh tidak tepat untuk situasi mereka sekarang.

Gia melirik ke arah pintu rumah melalui pintu penghubung ruang tengah dan ruang tamu. Dia menautkan tangan gelisah ketika mendapati Prof Garin justru tengah mengamatinya. Pengamatan yang tidak kunjung disudahi oleh Prof Garin walaupun Gia kembali menatap pria itu.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang