Bab 72. Kode Rahasia dari Lantai Dua

1.5K 419 78
                                    

Bab 73

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 73. Surat Rahasia ada di Karyakarsa.

Bab akan di upload di Wattpad tapi nanti hehhehe

Terima kasih dan selamat membaca ♥️

"Ini..."

"...apa yang kamu...oh...sialan...sialan...singkirkan itu!"

Suara mencekam Rafael membahana ke seantero ruangan. Bahkan kelihatannya sanggup membuat ikan-ikan piranha peliharaannya gelisah dan berenang tidak karuan.

"Singkirkan, tolol!"

"Oh...behave Rafael. Kamu butuh aku untuk menyingkirkan tikus ini tapi kamu bersikap tidak sopan."

"Ooh...singkirkan itu!"

"Tolong..." Gia mengangkat tinggi-tinggi tikus yang dia pegang ekornya itu ke udara. Hewan itu meronta-ronta dan meliuk seakan tengah melakukan tarian. "...please..." Gia menatap Rafael dan bergumam pelan. Suara dan ekspresi wajahnya seakan dia tengah mengajari seorang anak berumur 3 tahun sebuah tata krama meminta pertolongan.

"...please..."

"Oke." Tanpa membuang waktu, Giana berjalan menjauh dan melintasi aula rumah itu untuk keluar ke halaman belakang. Rafael yang berdiri bersandar pada pilar rumah menatapnya dengan wajah pias. Ketika Gia sudah membuka pintu dan berjalan ke teras belakang rumah, terdengar suara Rafael memanggil temannya Benny, yang tentu saja tidak menyahut karena pria itu entah sudah berada di mana sekarang.

Gia menoleh dan kembali mengangkat tikus di tangannya tinggi-tinggi sementara Rafael sudah berdiri di teras dengan wajah jumawa nya. Pria itu terlihat berusaha keras menguasai dirinya dengan berkacak pinggang.

Gia melemparkan tikus di tangannya ke lubang yang dibuat oleh Rafael. Angin dingin menerpa tubuhnya. Rambutnya yang terurai tertiup angin dan dia berdiri mematung menghadap ke kejauhan. Lahan kosong yang mungkin akan dipakai oleh Rafael untuk membuat kolam renangnya sendiri.

Gia menoleh dan mendapati Rafael beringsut mundur. Dia menghembuskan napas pelan dan berjalan kembali ke teras. Menapak undakan sambil memegangi perutku khas orang hamil, Gia tersenyum seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

"Cuci tangan kamu."

"Loh, ini baru mau aku lakukan."

"Kenapa ada tikus di dalam rumah? Apa kamu membawanya?"

Gia menunjuk hidungnya sendiri. "Aku? Kamu bahkan menggeledah aku saat aku masuk."

"Lalu kenapa bisa ada tikus?"

"Kawasan ini penuh dengan rumah setengah jadi yang berlangsung pengerjaannya. Begitu juga dengan rumah ini. Habitat mereka terusik dan mereka bisa menyebar kemana saja. Termasuk yang tadi itu."

"Kenapa kamu tidak takut? Jijik?"

"Aku pecinta binatang. Aku tidak takut. Takut itu hanya pada Allah."

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang