Bab 35. Selisih Jalan

1.3K 413 33
                                    

Ratusan orang telah masuk melewati pintu masuk lounge keberangkatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ratusan orang telah masuk melewati pintu masuk lounge keberangkatan. Puluhan kali sepasang mata penuh amarah itu menatap pintu itu. Yang ditunggunya tidak kunjung datang. Yang dihubunginya tidak aktif. Sedangkan di ponselnya hanya ada dua nomor ponsel tersimpan.

Menit merangkak pasti. Suara merdu seorang wanita telah menggema berkali-kali mengumandangkan pemberitahuan tentang keberangkatan pesawat tujuan Solo-Tokyo dengan transit di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur. Hingga panggilan terakhir dan pintu penghubung antara lounge menuju pesawat telah ditutup.

 Hingga panggilan terakhir dan pintu penghubung antara lounge menuju pesawat telah ditutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang salah dengan semua ini? Heh?!"

Rafael Nadal merapatkan maskernya dan beranjak. Beberapa pasang mata menatapnya dengan raut heran. Dia seperti seseorang yang hilang dan keberadaannya di tempat itu terlihat aneh. Manusia-manusia Indonesia yang kepo pada akhirnya. beberapa dari mereka menyadari bahwa situasi itu sangat aneh. Seorang pria duduk-duduk di lounge dengan gesture ingin bepergian namun pada akhirnya berjalan keluar dari lounge keberangkatan dengan tampang kesal.

Memasuki sebuah taksi bandara dan mengatakan tujuannya, Rafael memejamkan mata dan tidak menanggapi ajakan mengobrol supir taksi yang akhirnya terdiam canggung. Taksi keluar dari area bandara dan melaju kencang menuju alamat yang disebutkan oleh Rafael.

Kembali menyusuri jalanan kota Solo yang ramah. Namun kenyataannya rasa panas suasana hati mengubah persepsi. Mengubah rasa. Semuanya menjadi tampak salah di mata Rafael. Bahkan ketika lampu merah yang bekerja seperti seharusnya, nampak lama bagi Rafael. Begitu juga dengan manusia-manusia silver yang menggedor kaca taksi pelan, mereka seperti pengganggu di mata pria itu.

Serba salah. Itu berlangsung hingga taksi berhenti di depan rumah nomor 3 dan umpatan menyebutkan kata anjing keluar dari mulutnya saat dia tidak berhasil menemukan dompetnya dengan cepat. Kata sialan menjadi lumrah dan sopir taksi mengkerut melihat wajah Rafael dan dingin dan memberi kesan bahwa pria itu siap membunuh orang.

Selembar seratus ribuan berpindah tangan. Sopir taksi baru mencari kembalian saat Rafael dengan tak acuh membuka pagar rumah dan menghilang di baliknya. Dan sepertinya, tak menunggu waktu lama, taksi berbelok dan melaju kencang menuju jalanan utama. Sopir taksi yang malang, dipenuhi pikiran dia akan pulang tinggal nama kalau berlama-lama di tempat itu.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang