Bab 59. Semua yang Terasa Benar

1.4K 431 67
                                    

Istana megah yang didapat dari buah kesabaran selama puluhan tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Istana megah yang didapat dari buah kesabaran selama puluhan tahun. Memendam duka lara sebagai wanita ke dua dengan label perusak rumah tangga orang. Secantik apapun tampilan ragawi nya, sebanyak apapun uang dan hartanya, dan sekuat apapun dia mencoba bergaul dengan baik di antara orang-orang, tetap saja, dunia yang dimilikinya seratus persen palsu. Teman sejatinya tetaplah kesunyian karena teman dunianya hanya datang ketika diundang untuk sebuah kemewahan gratis. Itu pun mereka pergi tetap dengan cemoohan tentang statusnya sebagai pelakor.

Dunia sungguh tidak adil di matanya.

Menatap kekacauan yang terjadi di seantero lantai bawah rumah megah di Jalan Tirtodipuran itu, seakan sebagai pengingat bahwa anak laki-lakinya tidak pernah dalam kondisi baik-baik saja, sekuat apapun penyangkalan yang dia buat.

"Rafa...Le..."

"Kenapa kembali dengan tangan kosong Bu? Heh?! Mereka tahu di mana Lintang. Ibu dengar? Mereka tahu di mana sundal itu berada. Kenapa ibu sangat lemah dan tidak berhasil mengambilnya? Aaaargh!"

Teriakan Rafael menggema di seantero rumah. Menyelusup melalui celah-celah pintu kamar pembantu yang sengaja ditutup oleh penghuninya sedetik setelah mereka mendengar amukan di area depan.

"Le...dengarkan ibu."

"Ibu yang buka telinga lebar-lebar. Dengarkan aku. Aku tidak suka situasi ini. Lintang itu istriku. Aku benar kan kalau mereka tahu semuanya. Danurwendo itu memang berisi orang-orang yang sok tahu dan kepo sama kehidupan orang."

"Le...fokuslah dengan rumah impian kamu dan sisanya ibu yang akan urus. Lintang akan kembali padamu, Le."

Sebuah bantal sofa melayang menabrak lukisan besar Pak Darsono hingga lukisan itu menjadi sedikit miring. Rafael mendesis dan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Menciptakan rembesan darah yang sontak membuat ibunya berjalan menghampirinya.

"Diam di situ Bu! Aku tidak mentolerir kegagalan." Rafael menatap mata ibunya nanar. Bola matanya yang memerah bergerak-gerak gelisah karena kemarahan.

"Rafa...Le...dengarkan ibu. Bagaimana kalau kamu mengurus langsung kantor di Mangkubumi?"

Rafa yang hendak memantik rokok terpaku. Dia mendongak menatap ibunya yang berdiri agak jauh.

"Apa maksud ibu?"

"Lintang akan datang sendiri kalau kamu secara langsung menduduki kantor itu. Kamu mengerti maksud ibu kan Le?"

Rafael membiarkan ibunya mendekat dan duduk di sampingnya. Dia masih mencoba mencerna apa maksud ibunya berkata seperti itu. Dia bergeming dalam pikirannya saat ibunya menepuk-nepuk punggung tangannya.

"Keluarga besar Danurwendo itu terlalu kuat untuk kita hadapi sekarang, Rafa. Kita tidak bisa secara langsung bersinggungan dengan mereka."

"Ibu tahu tujuanku jangka panjangku bukan Lintang Dianti tapi salah satu di antara mereka."

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang