Bab 107. Sunup yang Kesekian

1.3K 385 68
                                    

Mengerumuni seseorang di koridor dan berbisik-bisik seru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengerumuni seseorang di koridor dan berbisik-bisik seru. Nyaris terlihat seperti mereka sedang berbagi tugas dengan catatan hitam di atas putih yang apabila dilanggar maka akan ada konsekuensinya. Hari mereka belum lah beranjak dari kesedihan, namun satu sama lain mencoba saling menguatkan.

”Andi harus bersama Gempar terus.”

"Anak ini merepotkan, Bu. Duh...”

"Gempar...ah...” Dian Agni menoleh dan mengusap lengan Andi yang ikut merunduk menekuni buku di pangkuannya.

”Bercanda Bu. Ini Mbak Kiko kenapa sama Mbak Dida? Nanti bergosip Bu.”

”Apa sih anak ini. Ini sudah benar Bu. Kiko setuju. Mima sama Bandang anteng kalau berdua. Jadi kalau ditinggalkan dengan baby sitter dan kumpul di Bausasran, aman. Ya Mbak?” Bonita Michiko menoleh pada Wilda Ayu Bintari yang mengangguk sambil memeluk lengan Gempar.

”Iya. Jangan musyrik to Om.”

"Sirik Mbak.” Bahu Gempar luruh mendengar jokes ibu-ibu yang dikeluarkan oleh Mbak Dida. Dia lalu menoleh ke arah kakak perempuannya yang memberinya side eye. ”Hiish.” Gempar terlihat mencebik dan sudut bibirnya naik tajam. Dia seakan menemukan adrenalin untuk ribut begitu melihat Mbaknya keluar dari lift tadi.

”Kamu jangan ketularan sok cool seperti anak ini, Ndi. Ya? Percaya sama Mbak Kiko. Ya?”

”Nggih Mbak.”

”Lah kok nggih? Kamu itu sama aku. Kita ini satu kubu.”

”Nggih Mas.”

Benar-benar seperti anak kecil yang plin plan karena kebingungan di antara dua pilihan yang berat, Andi  tertawa pelan.

”Ya sudah, nanti ibu pulang sebentar untuk koordinasi dengan abdi dalem yang akan berada di sini juga secara bergantian. Eyang kalian belum bisa pulang juga. Keadaannya sedang kurang fit dan ibu pikir...dia memang seharusnya ada di sini kan? Bagaimana?”

Semua menegakkan tubuhnya dan mulai memberikan pendapat.

”Tapi tidak di ruang rawat Bu seharusnya. Bagaimanapun, di rumah sakit membuat sakit. Itu saja.”

"Mas Ankaa dan Mas Ilman di rumah sakit sepanjang waktu tapi mereka tidak sakit Mbak...”

”Hawanya Gempar...ya Allah. Hiiish...”

Gempar beringsut dan membantu ibunya berdiri. Dia dan Andi akan berada di rumah sakit hingga pergantian dokter jaga pada jam 7 pagi.

”Nanti Eyang akan dipindahkan ke paviliun seperti bapak dan ibu Dirgantara. Bude Gemintang sudah mengaturnya. Sekarang kalian berdua pulanglah dan istirahat.”

Semua membubarkan diri. Gempar mengantar kakaknya hingga masuk ke lift. Sebuah hal sederhana yang diperhatikan oleh Andi dan dia tersenyum. Hubungan dua kakak beradik itu unik di matanya. Mereka yang selalu berbeda pendapat namun saling merindukan ketika lama tidak bertemu. Gempar sepertinya belum bisa menerima status kakaknya yang memiliki keluarga kecilnya sendiri. Atau, mereka memang seperti itu dan menjaga ikatan agar tetap kuat.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang