"Kita tidak pernah melakukan ini Giana."
Gia tidak menoleh ke arah kakak iparnya yang duduk di belakang kemudi. Bukan tanpa alasan dia tidak menoleh ke arah Mbak Senja. Dia merasa dia tidak perlu melakukannya karena nada suara Mbak Senja terdengar excited.
"Memang tidak...sebentar saja Mbak. Lagi pula kita ini mampir. Bukan sengaja ke sini."
"Kamu ini jelas sedang mencari pembenaran atas apa yang kamu lakukan Gia. Garin pasti marah kalau tahu kamu melakukan hal ini."
"Jelas. Mas Garin itu bucin akut sama aku jadi apa-apa dia marah."
"Halah...halah...kamu sedang dalam masa percaya diri?"
"Mau bagaimana lagi. Sementara menjadi istrinya aku menjadi banyak insecure...apa yang bisa aku lakukan selain memaksakan untuk percaya diri?"
"Coba Garin mendengar kamu bicara seperti itu."
"Haiish...mana berani aku Mbak? Kemarin saja aku mencoba marah, eh malah aku yang kelabakan sehari semalam." Gia menepuk dahinya sedikit kencang. "Aaah...sudah hilang masa-masa merdeka seorang Giana Putri. Cuma semangatnya saja membara dalam jiwa...begitu di depannya...kicep. Hiish!" Gia menghela napas panjang.
"Padahal 17 Agustus baru saja lewat ya?"
"Ho...oh...aku kira aku ikut merdeka seperti negeri ini. Tapi nyatanya..."
"Kamu akan merasakan betapa terjajah itu sebenarnya lebih baik. Untuk beberapa alasan..."
"...loh iya dong...makanya...nih hasilnya...hamil." Gia mengusap perutnya memutar dan bahkan tidak tertawa sedikitpun seperti yang dilakukan Mbak Senja yang akhirnya menahan tawa.
"Hiish...saru Gi..."
"Apa sih Mbak. Hahaha...nyatanya begitu. Serius. Aku itu masih merasakan...asing sama Mas Garin itu. Masih suka sungkan. Dia itu..."
"...merbawani kalau kata orang Jawa."
Gia menjentikkan jari. "Nah itu. Tepat Mbak."
"Tapi hamil..."
Gia tergelak dan menutup mulutnya. "Duh...mau bagaimana lagi ya?"
Mereka berdua tertawa tertahan menyadari betapa konyol obrolan mereka. Sebuah mobil melintas membuat mereka waspada dan menahan napas. Dan mereka menghembuskan napas pelan saat mobil tadi terus melesat masuk lebih dalam lagi ke area komplek.
"Kamu yakin Rafael Nadal masuk ke rumah itu?"
Sejenak Gia melepaskan pandangan dari pintu gerbang di kejauhan. Dia menggerakkan kepalanya hingga terdengar bunyi aneh dari gerakan itu.
"Huum...kalau Rafael iya. Yang aku penasaran... perempuan yang dia bawa."
"Gi...dia pria. Bukannya wajar bawa perempuan? Setres loh sementara wanitanya ditahan sama pria lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEFTOVERS LADY
RomanceTentang Giana Putri yang diuber semua hal. Terutama diuber orang tuanya untuk segera menikah karena umurnya yang sudah dua puluh delapan tahun. Lalu lini masa dalam hidup membawanya masuk ke keluarga Danurwendo. Giana yang polos dan hanya mengerti b...