Bab 128. Hasrat Iri di Masa Lalu

1.3K 369 58
                                    

Yang sudah tepuyeng-puyeng membaca naskah ini silahkan istirahat dulu ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang sudah tepuyeng-puyeng membaca naskah ini silahkan istirahat dulu ya.

*

”Tidak usah membayar jaminan yang sudah ditetapkan. Bapak aman di sini. Lebih aman.”

Andi Maheswara menatap bapaknya yang mengangguk-angguk dan seorang polisi segera membawanya ke arah dalam. Andi tidak ikut masuk namun dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat bagaimana pasangan Pramoedya berbicara dengan gesture tubuh yang sopan pada bapaknya. Andi memilih menunggu.

Dua jam berada di Polsek lalu ditranfer ke Polresta dan ditetapkan jaminan. Jagadita Laksana memilih mendapatkan pengacara negara alih-alih menggunakan pengacara pribadi termasuk menolak dengan halus tawaran Banyu Biru Pramoedya yang bersedia membantunya dengan pengacara keluarga Danurwendo.

”Ayo istirahat di dulu. Besok kamu dan Om harus ke Solo pagi-pagi sekali.”

Akhirnya, berjalan keluar dari Polres dengan lengan yang dituntun oleh Tante Agni, membuat Andi sedikit tenang. Wanita itu paling tahu situasinya. Tentang dia yang membenci setengah mati bapaknya dan bingung harus melakukan apa?

Dan sejatinya, mereka hanya berkutat saja di dalam kota dan menempuh perjalanan singkat dari satu tempat ke tempat lain. Namun beratnya Maslah yang dihadapi, membuat Andi merasa waktu berjalan sangat lambat. Memasuki Griya Bausasran tepat menjelang maghrib, Andi mengekor Om Banyu yang berjalan ke arah mushola. Ada beberapa kekhawatiran yang ingin Andi sampaikan pada pria itu tapi dia memilih menurut arahannya untuk sholat jamaah terlebih dahulu sebelum berbicara lagi. Mereka bertahan hingga sholat Isya' usai dan semua orang kembali ke pos masing-masing.

”Makanlah terus tidur lebih cepat. Huum?”

”Maaf Om...tapi ada yang ingin saya tanyakan...”

”...bapak kamu sudah menentukan pilihan terakhirnya. Dia tidak memiliki banyak waktu dan Om yakin dia ingin sisa umurnya menjadi berkah. Kita doakan saja.”

Tepukan di bahu yang cukup kencang membuat Andi merasakan bahwa kekhawatirannya menguap sedikit demi sedikit. Lalu menghilang sepenuhnya.

”Ada kalanya, masalah pelik dan sangat berat itu, penyelesaiannya di luar ekspektasi kita. Bersyukurlah  dari sisi bapak kamu, penyelesaian itu datang dengan cara yang sederhana.”

Andi menarik napas samar dan mengangguk. Dia mengikuti Om Banyu menuju ruang makan dan di sana ternyata sudah ada Pakde Farel dan Mas Ilman. Andi menyalami keduanya dan bergabung untuk makan. Dengan senang hati Mas Ilman bahkan mengatakan bahwa dia sudah menjadwalkan kunjungan untuk memeriksa keadaan Pak Jagad.

”Terima kasih, Mas.”

Andi mengangguk dalam ketika akhirnya mereka menyelesaikan makan malam.

”Sama-sama. Tidurlah sekarang. Besok akan jadi hari yang panjang.”

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang