Bab 56. Bukan Wanita Baik-baik

1.7K 451 66
                                    

Note : Bab 55

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Bab 55. Kebisuan yang Terurai, hanya tersedia di Karyakarsa karena itu mature content nya kuat banget. Saya takut diberi bendera kuning sama Wattpad kalau di upload di sini. Silahkan beli koin untuk baca di sana ya. Satu bab bayar ga masalah dong?

*

Garin mengusap hidungnya dari bawah ke atas setelah melirik Gia yang tersenyum. Kesibukan di ruang makan dengan keluarga yang memilih mengabaikan tatakrama di meja makan, menyamarkan tingkah mereka yang aneh.

"Om, nanti titip Bandang sebentar ya?"

"Heh?" Garin yang sejak tadi menatap Gia yang sedang membantu Mbak Agni meletakkan sarapan ke meja, menoleh cepat ke arah kirinya. Kiko mengulurkan sepiring besar buah potong dan Garin mengopernya ke meja. "Hiish...nanti nangis."

"Sebentar saja."

"Memangnya kamu mau ke mana?"

"Mau ada perlu sebentar ke rumah sakit."

"Kenapa tidak diajak saja sih?"

"Loh piye to? Justru karena mau ke rumah sakit itu makanya tidak diajak. Sebentar kok tidak sampai satu jam. Ya?"

Garin menatap Gia dan melihat istrinya itu mengangguk.

"Jangan lama-lama."

"Iya...iya...ah." Kiko merasa gemas dengan sikap Garin yang masih saja belum terbiasa dengan bayi. Mungkin dia berpikir bagaimana nanti Tante Gia setelah melahirkan? Apa dia harus mengurus bayinya sendiri?

Garin menoleh dan mengulurkan tangannya di samping meja. Dia meraih tangan Gia yang baru saja duduk di sampingnya. Gia terlihat menunduk dan meliriknya dengan senyuman di wajahnya. Pandangan mereka terkunci satu sama lain. Merasakan ikatan yang menguat di antara mereka. Kesenangan baru yang membuat mereka lebih saling mengenal. Sebuah kebiasaan baru yang membuat penasaran. Saling menemukan sisi lain masing-masing dan rasa canggung menghilang begitu saja.

Mereka menoleh serempak ketika terdengar deheman Mas Banyu Biru di ujung meja. Pria itu meminta mereka memulai sarapan. Sarapan yang diselingi percakapan tidak penting dan pertengkaran Kiko dan Gempar yang seminggu lebih tidak bertemu. Semua bisa melihat bagaimana kakak beradik itu saling menyayangi walaupun terlihat saling kesal. Sudah sebesar mereka dan masih saling mengadukan satu sama lain kepada bapak dan ibu mereka membuat Gia tersenyum. Gia seperti melihat dirinya dan Mas nya di masa lalu. Dia yang anak bapak dan Mas nya yang selalu apa-apa ibu.

Bersiap menerima Bandang dari Kiko ketika sarapan akhirnya selesai. Garin mengekor Kiko dengan langkah ragu menuju kamar wanita itu di lantai 2. Seorang abdi dalem wanita sedang sibuk menjaga bayi itu dan mengajaknya bicara.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang