Bab 87. Omong Kosong di Penghujung Hari

1.3K 406 44
                                    

Note : Dukung saya di Karyakarsa setelah bab ini ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Dukung saya di Karyakarsa setelah bab ini ya. Saya mungkin akan di sana dulu untuk waktu yang cukup lama.

Terima kasih dan selamat membaca ♥️

*

”Bukan, Mas.”

”Kamu yakin?”

”Pak Wahyu memiliki tato khas yang hanya beberapa orang yang tahu. Salah satunya saya, Mas.”

”Apa kamu tahu di mana keluarganya? Anak istrinya?”

”Saya tidak tahu, Mas. Yang saya tahu hanya sikap loyalnya pada bapak karena bapak lah yang membantu mereka saat mereka mengalami kebangkrutan.”

”Aah...aku mengerti.” Gempar menoleh ke arah pintu ruang pemulasaraan jenazah dan melihat Om Garin dan Mas Rion keluar dengan dua orang perawat dan dua orang anggota polisi.

”Kenapa mereka berpikir seperti itu, Mas?”

”Soal penemuan jenazah dan pemikiran mereka tentang kemungkinan bahwa jenazah itu adalah Wahyu Iskandar?”

Andi mengangguk dan menatap kejauhan. Om Garin dan Mas Rion sepertinya membutuhkan waktu lebih untuk berbicara dengan pihak rumah sakit dan kepolisian.

”Ada pelaporan orang hilang dari seorang wanita melalui telepon. Itu yang sementara ini terjadi.”

”Siapapun itu, pembunuhan seperti itu sangat kejam. Dan mengidentifikasi mayat hanya pada bagian torso saja jelas membuat saya sakit.”

Andi memijat kepalanya. Sejak keluar dari ruang pemulasaraan jenazah dia memang terlihat tidak sehat. Wajahnya pucat dan keringat membasahi tubuhnya. Mereka beranjak saat melihat Om Garin dan Mas Rion telah selesai dengan urusan mereka.

”Mau kembali ke kafe atau pulang?” Om Garin bertanya pada keduanya.

”Pulang dulu makan siang, Om.” Gempar menyahut dan menatap Andi yang mengangguk.

”Kamu baik-baik saja?”

Andi kembali mengangguk dan mereka berjalan keluar dari gedung pemulasaraan jenazah menuju mobil mereka masing-masing. Mereka tertahan di tempat parkir untuk membicarakan penemuan Garin dan Rion terkait sebuah bangunan gudang di daerah Nyangkringan, Bantul.

”Serius, saya bahkan tidak tahu di mana daerah itu, Om.”

Garin mengangguk-angguk dan menepuk pundak Andi. ”Baiklah. Bagian ini biar aku yang urus.”

Mereka berpisah di tempat parkir itu. Gempar melajukan mobilnya keluar dari rumah sakit menuju Griya Bausasran. Dan sepuluh menit kemudian kedatangan mereka disambut raut cemas Eyang Mayang.

”Assalamu'alaikum.”

”Waalaikumsalam. Bagaimana, Le?”

”Mayat itu tidak ada kepalanya, Eyang.”

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang