"Adikku itu tidak ada bagus-bagusnya. Sudah...tidak apa-apa. Ini aman. Mas Banyu Biru yang mendesainnya secara khusus. Semua rumah kami ada peralatan seperti ini."
Giana terseok menaiki tangga dengan tangan yang bahkan terulur karena sangat khawatir dengan keselamatan Mayang Pratiwi yang menaiki tangga dengan alat khusus.
"Kamu lihat kan? Aman."
"Iya...Mbak..."
"Hahahaha...sudah lama tidak ada yang memanggil aku Mbak."
Gia menoleh ke bawah, ke arah Garin yang berdiri di ujung anak tangga dengan kedua tangan yang berada di sakunya. Mereka tidak terlihat memberikan kode satu sama lain tapi dari tatapan mata satu sama lain, mereka jelas saling khawatir.
"Kamu lapar ya? Garin biasa memasak untuk dirinya sendiri tapi dia tidak mau memasak untuk aku. Dan wanita lain. Tumben sekali hari ini dia melakukannya. Apa musim sudah akan berganti?"
"Sudah akan musim hujan, Mbak." Giana menjawab dengan polos dan terkesan sesuai dengan keadaan sekarang. Dia terlalu tegang untuk menanggapi ucapan Mayang Pratiwi yang nyatanya mengatakan sebuah kiasan untuk menjabarkan tindakan tidak biasa yang dilakukan oleh adiknya.
Menyusuri koridor lantai dua dan sampai di kamar utama yang dipakai oleh Mayang Pratiwi, Gia masuk dengan ragu-ragu setelah wanita itu mempersilahkannya. Gia duduk di sebuah sofa setelah membantu Mayang Pratiwi dengan selimut tebal di pangkuannya.
Gia menunggu. Dan berpikir hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang. Entah mengapa, di hadapan wanita itu, Gia merasa dia tidak perlu membuka percakapan apapun. Mulutnya seakan belajar dengan sangat cepat untuk menahan diri. Atau, lidahnya yang menjadi kelu dengan tiba-tiba?
Mayang Pratiwi di mata Giana Putri adalah sosok yang masih belum dia ketahui karakternya. Namun, ada hal yang membuat seseorang langsung tahu kalau Mayang Pratiwi adalah wanita yang terbiasa menjadi wanita yang berkecukupan. Gerak geriknya adalah nyonya besar yang elegan. Seseorang yang terbiasa menjentikkan jari dan semua urusannya beres.
"Aku memang seperti yang kau pikirkan." Mayang Pratiwi tertawa pelan membuat Gia menunduk dan tersenyum. "Aku tidak akan bertanya banyak. Kalian sudah dewasa. Tapi aku tetap seorang kakak perempuan yang sangat ingin tahu."
"Saya mengerti."
"Dia terpenjara karena seorang wanita dan aku tidak yakin dia bisa keluar."
"Maafkan saya, tapi saya tahu itu sejak bertahun-tahun lalu."
"Apa yang sudah terjadi di antara kalian bertahun-tahun lalu itu sampai itu sangat membekas di hati kamu? Apa kalian saling mengenal?"
"Saya pengagum Prof Garin sejak lama. Kami terlibat dalam beberapa seminar yang sama."
"Huum...itu bisa jadi alasan yang sangat kuat. Tapi, apa kamu tidak khawatir itu tidak terlalu kuat buat Garin?"
"Saya memikirkan hal itu juga. Tapi, perasaan saya sangat kuat dan saya tidak bisa menanggungnya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEFTOVERS LADY
Roman d'amourTentang Giana Putri yang diuber semua hal. Terutama diuber orang tuanya untuk segera menikah karena umurnya yang sudah dua puluh delapan tahun. Lalu lini masa dalam hidup membawanya masuk ke keluarga Danurwendo. Giana yang polos dan hanya mengerti b...